Sabtu, 07 September 2019

Napak Tilas ke Demak Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa



Setiap kali saya melakukan perjalanan mengunjungi makam para wali, Demak adalah salah satu kota yang harus didatangi. Di sini ada sejarah penting bagaimana terbentuknya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

Saya dan rekan Wardah Fajri tiba di kota ini sekitar pukul dua siang, setelah menumpang bus dari Lasem. Cuaca tetap panas dan terik, kami menyambung bus dalam kota yang melewati alun-alun dan masjid raya Demak.

Masjid Demak masih berdiri dengan kokoh selama berabad-abad. Memang telah dilakukan renovasi untuk mempertahankan masjid ini, tetapi ciri khas lima pilar Soko Guru yang diberikan para wali tetap ada di dalam masjid. Ada Soko Guru dari Sunan Ampel dan juga Sunan Kalijaga.



Kami pun istirahat sejenak sambil mengenang kembali masa sejarah seputar kerajaan Demak. Slogan Demak adalah kota wali, karena menjadi pusat dakwah para wali. Selain ada pesarean pendiri Demak, ada pula makam Sunan Kalijaga.

Kerajaan Demak, semula hanya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Seiring dengan menyurutnya kerajaan Majapahit, Demak menjadi kota yang berkembang pesat di bawah bimbingan para wali.

Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah yang juga bangsawan dari kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak didirikan pada tahun 1478 M sampai dengan 1550 M. Raden Patah mendapat pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti nama menjadi Bintoro.

Saya melihat bahwa masjid ini telah diperluas. Jamaah wanita dipisahkan ke bagian sebelah kiri. Memang tidak berhubungan atau memperlihatkan benda-benda bersejarah, tapi cukup untuk menampung sekitar 200 orang.



Namun yang paling nyaman adalah teras masjid yang terbuka. Siapa saja boleh duduk istirahat di sana. Nah, di teras ini ada bedug ukuran super besar yang terbuat dari kayu jati, dengan tabuh kulit kambing. Lengkap dengan alat pemukulnya. Bedug ini lebih tinggi dari saya. Setiap waktu adzan tiba, seorang muadzin akan membunyikannya.

Makam Raden Patah ada di belakang masjid, dengan melewati pintu khusus di sebelah kanan. Di sana juga dibuat pendopo untuk tempat orang-orang yang berziarah dan mengirim doa. Jangan kaget melihat ukuran makam yang besar dan panjang karena zaman dahulu, ukuran manusia memang lebih besar. Makam Pangeran Benowo yang tampak paling panjang dan posisinya ada di samping pendopo.


Saya pun duduk di pendopo untuk mengirimkan doa kepada Raden Patah dan semua wali yang dimakamkan di tempat ini. Saya mengambil tempat di belakang karena di depan ada puluhan jamaah dari kota lain.

Di belakang makam disediakan beberapa kamar untuk penginapan. Biasanya menjadi tempat bagi orang-orang yang tasawuf dan tirakat, menyerap pelajaran dari para wali.

Sedangkan pintu keluar ada di belakang, kita bakal menyusuri lorong yang dipenuhi para pedagang souvernir, baik itu kaos atau jajanan khas kota Demak. Sebelum keluar, ada beberapa orang yang menyodorkan tempat sumbangan yang harus kita berikan seikhlasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar