Minggu, 10 April 2022

Internet Bagai Pedang Bermata Dua, Tergantung Kita Sebagai Pengguna


 Kita tidak dapat melawan perkembangan zaman dan menghambat kemajuan teknologi, itu sudah pasti. Hal yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Perlu diingat, semua memiliki dampak, baik yang positif maupun negatif. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Begitu pula dengan internet yang merupakan bagian dari kemajuan teknologi informasi. Saat ini kehidupan kita sebagai manusia, hampir tidak lepas dari penggunaan internet. Tak dapat disangkal, sebagian masyarakat menyalahgunakan internet untuk hal-hal yang kurang pantas, misalnya melihat situs porno, menyebarkan berita hoaks, melakukan judi online dan sebagainya. Memang internet bagai pedang bermata dua, tergantung siapa yang menggunakannya.

Di sinilah letak pentingnya kesiapan mental menghadapi kemajuan zaman. Orangtua yang aware terhadap dampak negatif internet, melakukan upaya pencegahan dengan mendidik anak-anaknya agar tidak salah kaprah menggunakan internet. Anak-anak tidak dilepas begitu saja, tetapi diberikan pengarahan dan pendampingan.

Salah satu keponakan saya memiliki seorang anak yang cerdas, mewarisi kecerdasan kedua orangtuanya. Keponakan saya, suami istri, dahulu berprestasi selama menempuh pendidikan dan kemudian bekerja. Mereka selalu belajar untuk menjadi orangtua terbaik, melek teknologi dan perkembangan zaman.

Tidak seperti kebanyakan orang tua yang begitu mudah memberikan gadget kepada anak, keponakan saya melarang anaknya memegang telepon pintar sendiri, kecuali jika sedang video-call dengan eyangnya (kakak saya yang pertama) yang berada jauh di kepulauan Riau. Mereka mengajarkan keterampilan dan permainan sehingga sang anak tidak tertarik untuk meminta gadget.

Si anak baru boleh dipinjamkan telepon pintar pada hari Minggu (seminggu sekali), untuk bermain game. Itupun tidak seharian, hanya dua jam saja. Ia harus tetap belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu, keponakan saya lebih suka mengajak anaknya jalan-jalan daripada memegang gadget.

Di rumah, mereka berlangganan IndiHome, karena membutuhkan internet stabil. Kadang pekerjaan dilakukan di rumah, berhubungan dengan klien melalui dunia maya. Keponakan saya juga pemain saham sehingga harus selalu memantau pergerakan saham di dunia yang hanya bisa dilakukan jika jaringan internet terjamin bagus. Berkat IndiHome inilah kami bisa kapan saja menghubungi keluarga yang lokasinya jauh, berbeda wilayah dan provinsi. Sebuah fakta, internet menyatukan Indonesia.

Pada masa pandemi, tentu saja kami lebih banyak di rumah. Pekerjaan Sebagian besar dilakukan di rumah (WFH). Kami sangat mengandalkan IndiHome ini untuk menyelesaikan banyak pekerjaan. Begitu pula dengan si bocah yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Meski masih tingkat TK, guru memberikan pelajaran dan pekerjaan rumah yang cukup banyak. Pada jam-jam tertentu harus mengikuti sekolah online.

Ketika pandemi mereda, anak ini justru meminta kegiatan di luar rumah yaitu renang dan karate. Kebetulan rumah kami dekat dengan kompleks Angkatan Darat Cilodong. Kami memanfaatkan fasilitas olahraga di sana. Guru renang dan pelatih karatenya merupakan prajurit Angkatan Darat. Hebatnya anak ini bisa mengikuti disiplin militer dengan ceria. Pelatih dia sangat bangga padanya, bahkan diikutsertakan pada beberapa lomba. Dia berhasil menjadi juara.

Di bulan Ramadan, ia juga menjalankan ibadah puasa, salat tarawih dan tadarus. Dalam usia enam tahun, dia mampu melakukannya secara penuh. Buka puasa saat maghrib, tarawih bersama orangtua dan tadarus setelah selesai salat. Sejak tahun lalu ia puasa penuh satu bulan dan katam Alquran. Tahun ini dia mengikuti tadarus online bersama keluarga besar. Untunglah ada IndiHome yang membantu mewujudkan, terbukti internet menyatukan Indonesia.

Jumat, 08 April 2022

Berburu Vaksin Booster



 Saya adalah orang yang sangat peduli terhadap kesehatan tubuh dalam masa pandemi. Apalagi terpapar virus Covid 19 varian Delta telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Kita tidak boleh abai untuk melindungi diri dari ancaman penyakit.

Meski pandemi tampak mereda, bukan berarti kita kendor dalam menjaga kesehatan. Selain tetap taat prokes, juga segera menjalani vaksin booster. Saya cukup lama menanti kesempatan ini, melihat aplikasi PeduliLindungi, apakah sudah mendapat tiket untuk vaksin booster.

Nah, begitu sinyal itu ada maka saya berusaha mencari tahu di mana bisa mendapatkan vaksin booster. Dua kali gagal karena kehabisan kuota. Salah saya sih, yang lebih suka datang langsung, tidak mendaftar secara online.

Akhirnya saya melihat pengumuman di Instagram ada vaksin booster yang diselenggarakan sebuah mall di Tanjung Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Untuk menuju ke sini sangat mudah karena lokasinya di seberang stasiun Commuter Line. 

Jadwal vaksin mulai jam dua siang sampai jam lima sore. Saya datang pukul satu lebih, ternyata sudah banyak yang antri. Tempatnya di lantai lima, sebuah ruangan yang luas tanpa adanya AC yang memadai. Antrian panjang membuat saya lelah dan mengantuk. Saya mendapat nomor 82 setelah menunjukkan tiket vaksin booster di aplikasi PeduliLindungi.



Mendapat giliran pendaftaran sudah adzan Ashar, setelah itu mengantri lagi untuk vaksin. Pukul empat sore lebih saya baru disuntik. Kemudian menunggu lagi untuk sertifikat vaksin. Akhirnya proses ini selesai jam lima sore.

Sungguh sangat melelahkan. Berbeda dengan ketika mendapatkan vaksin pertama dan kedua di RS Depok, cepat dan nyaman. Tapi bagaimanapun saya merasa lega sudah mendapatkan vaksin booster. Saya merasa lebih tenang ketika harus melakukan perjalanan.



Minggu, 03 April 2022

Menyelami Makna dari Tari Sufi Turki

 


Tari sufi menjadi ciri khas Turki sejak dahulu. Pencipta tari ini adalah seorang sufi terkenal yaitu Jalaluddin Rumi atau sebutan di Turki, Mevlana. Pengikut dan penggemar Rumi tidak terbatas pada umat Islam, melainkan dari berbagai golongan di seluruh dunia.

Tarian sufi menunjukkan gerakan berputar dengan tenang sesuai irama. Para penari yang semuanya laki-laki, mengenakan jubah putih dan topi putih. Jubah putih melebar seperti payung saat berputar. Gerakan diiringi zikir mengagungkan nama Allah.  Ini merupakan bagian dari ritual keagamaan yang diciptakan Rumi sebagai sarana penyatuan dengan Tuhan.

Topi-topi putih dan jubah putih melambangkan batu nisan atau kematian dari ego manusia. Sebagaimana diketahui, lain kafan juga berwarna putih yang membungkus jenazah manusia ketika sudah meninggal. Di sisi lain, dimaksudkan untuk dilahirkan kembali secara spiritual untuk kebenaran. 

Pada awal upacara ritual, darwis memegang lengannya secara bersilang untuk mewakili keesaan, bersaksi bahwa Tuhan Maha Esa. Saat berputar-putar, lengan darwis terbuka. Dengan tangan kanannya yang diarahkan ke langit, mewakili kesiapannya untuk menerima nikmat Tuhan. Sedangkan tangan kiri darwis berbalik ke bumi, mewakili kesediaannya untuk menyampaikan karunia rohani Tuhan kepada mereka yang menyaksikan. 

 Gerakan berputar  berputar dari kanan ke kiri artinya mengelilingi hatinya sendiri.  Darwis memeluk seluruh kemanusiaan dengan cinta, karena Sufisme memperpercayai bahwa manusia diciptakan dengan cinta untuk mencintai. 

Sebuah kutipan dari Rumi menyatakan bahwa, 'Semua cinta adalah jembatan menuju cinta Ilahi. Namun, mereka yang belum mencicipinya tidak tahu. 

Tertarik untuk melihat tarian ini di tempatnya langsung? Datang saja ke festival Rumi atau Mevlana Festival'Lihat pusaran dervishes The Mevlâna Festival  di kota Anatolia, Konya. Event yang merupakan tujuan ziarah bagi lebih dari satu juta Muslim setiap tahun,khususnya pemerhati sufisme. 

Hanya di Konya kita bisa mengunjungi makam Jalaluddin Rumi, sekaligus melihat museum dari sang sufi.