Sabtu, 26 November 2016

Prajawangsa City, Tempat Tinggal Kekinian Idola Anak Muda


Mempunyai sebuah rumah dengan halaman yang luas adalah impian masa lalu. Soalnya kalau kita tinggal di kota besar seperti Jakarta, sudah nyaris tidak akan mendapatkan rumah seperti itu. Kita akan dihadapkan dengan  pemukiman padat dan rumah yang berhimpitan satu sama lain. Saking padatnya, seakan tidak sulit untuk bernafas.

Saya selalu geleng-geleng kepala jika melewati perkampungan padat di ibukota. Kesannya sempit, kumuh dan kotor. Sungguh hunian yang tidak sehat. Dalam hati bertanya-tanya, 'kok bisa ya mereka hidup di sana?'. masalahnya saya sudah terbiasa hidup di rumah orang tua yang besar dengan halaman penuh pepohonan.  Saya sama sekali tidak ingin mencoba seperti mereka.

Namun bagaimana caranya mendapatkan tempat tinggal yang nyaman di tengah kepadatan ibukota? Satu-satunya cara adalah dengan memilih tinggal di apartemen. Kenapa apartemen? Yup, apartemen adalah tempat tinggal kekinian yang telah menjadi pilihan masyarakat, terutama anak muda. Hunian ini lebih menjanjikan kenyamanan dan keamanan daripada sebuah rumah di pemukiman padat.

Ngobrol Cantik Blogger Perempuan

Pada tanggal 19 November yang lalu, saya dan teman-teman blogger yang tergabung dalam Blogger Perempuan. menghadiri launching Prajawangsa City. Apa pula yang namanya Prajawangsa City? Ternyata sebuah hunian kekinian yang keren. Dalam acara talk show 'Ngobrol Cantik tentang Eco Compact Living' kami menjadi melek, bagaimana seharusnya sebuah apartemen layak huni, ideal untuk kehidupan yang aman dan nyaman, plus sehat.

Dalam acara itu hadir sebagai pembicara adalah Rabani Kusuma Putra, founder dari Nimara Architects. Rabani menjelaskan tentang Eco  Design, yang merupakan gerakan berkelanjutan dengan cita-cita terciptanya perancangan, pelaksanaan dan pemakaian material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dan sumber daya  yang efektif dan efisien.



Menurut Rabani, perumahan saat ini menggunakan dimensi bangunan 36 m2 yang dibangun di atas lahan 72 atau 90 m2. Ini berarti tipe rumah yang semakin kecil dan sempit dibandingkan dengan puluhan tahun yang lalu.

Memang membangun sebuah hunian, dipaksa keadaan karena keterbatasan lahan. Namun seyogyanya harus bisa menerapkan  6 aspek Green Living, yaitu:
1.  Buatlah jendela yang besar agar ruangan cukup terang dan cukup ventilasi  sehingga hemat penggunaan lampu dan AC.
2. Sebaiknya penggunaan energi harus sehemat mungkin dengan lampu hemat energi.
3. Pembagian lahan, 70% untuk hunian dan 30% digunakan untuk bercocok tanam atau area bermain anak.
4. Penampungan air hujan sebaiknya langsung meresap ke dalam tanah agar tidak ada genangan yang menyebabkan banjir.
5. Cahaya dan udara difokuskan agar masuk ke dalam ruangan sehingga mengurangi pemakaian AC.
6. Gunakan Eco material seperti pengaturan lay out furniture dan smart design yang dapat memaksimalkan fungsi ruang yang ada.

"Kualitas hidup manusia tidak ditentukan oleh besar kecilnya hunian, melainkan bagaimana hunian itu mampu mengakomodasi kebutuhan manusia untuk berinteraksi," tandas Rabani.

Keterbatasan lahan menjadi tantangan tersendiri untuk memenuhi 6 aspek di atas. Bagaimana caranya sebuah apartemen dapat dikatakan sebagai hunian yang Eco compact living?

1. Contemporary Art Living  artinya bangunan didesain secara modern dan fungsional sehingga memberi value yang lebih pada kehidupan.
2. Pilih material yang dominan, jangan terlalu banyak warna, tentuka dua atau tiga material yang memiliki karakter secara berulang pada dinding, lantai dan plafon.
3. Lay out furniture harus meminimalisasi penggunaan barang, perbanyak sirkulasi udara.
4. Pilih furniture yang memiliki karakter warna dan bentuk yang sesuai dengan ruangan.
5.Pemakaian lampu hemat energi.

Merapikan Isi Rumah

Narasumber kedua adalah Bayu Fristanty dari Rapi-rapi Profesional. Bayu mengungkapkan bahwa kita sering memiliki kebiasaan buruk dengan menata isi rumah tanpa diorganisir secara baik. Akibatnya, jika kita mencari sesuatu, akan terbuang waktu yang cukup lama. Selain itu, Barang-barang yang teronggok atau berantakan akan mengundang datangnya penyakit, dengan berkembang biaknya kecoa dan binatang lain.



Hal terpenting adalah kita harus memahami perilaku dan rutinitas diri sendiri. Pilih ruang mana yang menajdi prioritas untuk menaruh barang yang kita sortir dan dikelompokkan  sesuai fungsinya.  Kemudian benda-benda seperti buku dan sepatu harus mendapat tempat yang layak seperti rak atau container.

Sebaiknya kita memiliki kotak kontainer untuk setiap jenis barang. Namun Bayu menekankan, jangan dulu membeli peralatan tersebut sebelum mengelompokkan barang sesuai jenisnya. Jangan menyimpan barang yang sebenarnya sudah tidak kita gunakan hanya karena benda itu adalah benda kesayangan. Bayangkan saja jika benda itu masih bisa berguna bagi orang lain. Menyortir barang, memberi kita kesempatan berbagi kepada orang lain yang kurang beruntung.
 

Prajawangsa City

Tak ketinggalan adalah pemaparan Pak Edy dari Prajawangsa City.   Sebenarnya Prajawangsa city adalah perusahaan yang dikembangkan oleh Synthesis Development yang bergerak di bidang properti. Beberapa proyek pembangunan telah diselesaikan seperti mall, perkantoran, perumahan dan apartemen.



Proyek yang sedang berjalan adalah super blok terdiri dari delapan tower, dengan jumlah 4169 unit apartemen dan mall. Lokasinya sangat strategis, dekat dengan jalan Tb Simatupang (jalan lingkar selatan), dekat dengan jalan Tol Jagorawi, mudah mencapai bandara Halim Perdana Kusuma dsb.

Istimewanya, Prajawangsa City ini memberikan 50%  area yang ada untuk penghijauan seperti taman dan kebun.  Dengan adanya mall, penghuni apartemen dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perlu pergi jauh. tempat ini juga kelak dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai.

Apakah sulit memiliki apartemen ini? ah tidak seperti yang dibayangkan. Dengan cicilan sekitar 3 juta Rupiah per bulan, kita dapat mempunyai sebuah hunian yang nyaman. Apalagi tidak memakai sistem debit payment, menjadi lebih fleksibel bagi pembeli.



Saya sempat melihat contoh atau replika apartemen yang sedang dibangun di Prajawangsa City. Wow, sungguh asyik dan menarik. Cocok untuk masyarakat modern yang serba praktis dan menyukai kemudahan. Ruangan dan material yang tepat guna membuat hidup kita menjadi lebih simpel dan menyenangkan. Tinggal di apartemen ini bisa menghilangkan kepenatan dalam bekerja.

Nah, tunggu apalagi. Yuk, kita investasi dengan apartemen ini. Pikirkan lah masa depan keluarga beberapa tahun mendatang. Kelak kita akan bersyukur memiliki apartemen seperti di Prajawangsa City ini.


Siapa Penanggung-jawab Kasus Kecelakaan Kerja?



Dunia kerja, tidak melulu berada di dalam kantor yang aman dan nyaman. Ada pekerjaan yang mengharuskan karyawan berada di tempat-tempat yang berbahaya atau bahkan mengandung ancaman hilangnya nyawa. Pekerjaan-pekerjaan ini sering harus dihadapi sebagi resiko sebuah profesi. Misalnya pekerjaan dalam kontruksi bangunan.

Salah seorang teman baik saya, yang juga seorang blogger bernama Tamita Wibisono, mempunyai suami seorang karyawan yang bekerja pada kontraktor bangunan. Tepat sebulan yang lalu sang suami mendapat kecelakaan kerja yang menyebabkan pangkal kakinya menjalani operasi. Untuk sementara dia harus beristirahat hingga pulih  (walau tidak bisa 100%) untuk bisa berjalan. Beruntung perusahaan kontraktor tersebut memenuhi tanggung jawabnya, menanggung segala biaya pengobatan dan memberinya subsidi.

Namun, dari sekian banyak pekerjaan yang beresiko terjadinya kecelakaan kerja, siapa sesungguhnya yang paling bertanggung jawab? Banyk kasus dimana pekerja yang mengalami kasus kecelakaan kerja (K3) tidak mendapat perawatan sengan semestinya. Bahkan ditelantarkan dan diabaikan. Mereka tidak bisa bekera dan tidak pula mendapat tunjangan hidup.

Dua Penyebab Utama

Pada acara talk show Kementrian PUPR bersama Blogger ketika diselenggarakan Infrastructure Week 2016 di JCC beberapa waktu yang lalu, DR Ir Darba Daraba MSI, Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Kontruksi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mengatakan ada dua penyebab utama K3.

Pertama, Perilaku yang tidak aman dan berbahaya bagi pekerja  (unsafe action).
Perilaku ini berkaitan dengan pekerja yang tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik.  Sebagai contoh, tukang las yang tidak mengenakan kacamata pelindung, percikan api dapat mengakibatkan kebutaan. Kemudian pekerjaan yang tidak sesuai dengan skill atau keahlian. Jika tidak mengerti tentang pekerjaannya, bisa salah tekan tombol dsb. Selain itu adalah kebiasaan bersenda gurau ketika sedang bekerja. Bila menajdi lengah, maka akan terjadi kecelakaan kerja.

Kedua, Kondisi tidak aman (unsafe condition).
Perilaku ini berkaitan dengan pekerja yang memakai alat pelindung diri (APD) yang tidak sesuai standar.  Contohnya, helm pekerja yang mudah pecah, tidak bisa menahan benturan keras.  Selain itu, tempat yang kurang layak atau tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan pekerja. Misalnya suara yang bising dapat menyebakan telinga menjadi tuli.  Begitu pula dengan minimnya ventilasi ruangan sehingga menjadi pengap dan kekurangan udara segar/oksigen.

Saya jadi teringat pada salah seorang keponakan dari kakak pertama. Sebagai sarjana kimia, ia diterima bekerja di sebuah pabrik kimia di pulau Batam. Ternyata pabrik itu tidak menerapkan safety secara maksimal. Ruangan tidak steril sehingga sering terjadi kebocoran. Akibatnya, karyawan bisa menghirup udara beracun yang disebabkan zat kimia tersebut. Untunglah akhirnya keponakan saya memutuskan untuk keluar dari pabrik itu.

Darba menjelaskan, "Dari seluruh data kecelakaan kerja yang terjadi selama ini, sekitar 32% kecelakaan kerja dari perusahaan kontruksi."

Beberapa kasus kecelakaan kerja terjadi di wilayah ibukota. Misalnya, jatuhnya crane di Pacifik Place SCBD Jakarta, dan  runtuhnya Grogol Fly Over. Sedangkan contoh kecelakaan kerja di daerah adalah Pembangunan Rukan Samarinda, Kalimantan Timur dan jatuhnya Gider Jembatan Banyumulek 2 Lombok, NTB

7 Kebijakan SMK3

Hadir pula sebagai narasumber adalah Ir Lazuardi Nurdin, Ketua Umum Asosiasi Ahli K3 Kontruksi Indonesia. Ia memaparkan tentang 7 Kebijakan SMK3, yaitu Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Kemen PUPR.

1. Memastikan semua peraturan perundangan tentang keselamatan kerja (ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak.
2. Memastikan K3 menjadi nilai utama pada setiap penyelenggaraan kegiatan.
3. Memastikan setiap orang bertanggungjawab  atas K3 masing-masing orang yang terkait dan orang yang berada di sekitarnya.
4. Memastikan semua potensi bahaya di setiap tahapan pekerjaan baik terkait dengan tempat, alat maupun proses kerja telah diidentifikasi, dianalisis dan dikendalikan secara efisien, dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.
5. Memastikan penerapan sistem manajemen K3 guna mengeliminasi, mengurangi dan menghindari resiko kecelakaan akibat kerja.
6. Memastikan peningkatan kapasitas K3 pada pejabat dan pegawai. sehingga berkompeten menerapkan SMK3 di lingkungan Kementrian PUPR.
7. Memastikan kebijakan K3 ini disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan mitra kerja kementrian PUPR.

Bagaimana dengan Swasta?

Menjadi suatu pertanyaan jika kecelakaan kerja terjadi pada perusahaan swasta, yang tidak terkait dengan BUMN atau pemeirntah. Untuk itu pemerintah menyiapkan peraturan mengenai SMK3  melalui Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012.  Lalu PermenPu no.5 tahun 2014 mengenai RK3K (Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak).

RK3K menjadi syarat perlengkapan penawaran tender setiap proyek kontruksi. Di sana harus dijabarkan secara detil mengenai identifikasi bahaya yang terjadi. Penilai resiko bagi pekerja dan pengendalian resiko saat terjadi kecelakaan.

Ada pula Pakta Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi Departemen Pekerjaan Umum 12 Februari 2009 sebagai pedoman untuk melaksanakan SMK3.  Kekurangannya adalah, belum tercukupinya tenaga untuk pengawas K3. saat ini baru ada 500 tenaga pengawas untuk 2000-3000 perusahaan. Jumlah ini sangat tidak memadai dan harus ditingkatkan segera.

Disiplin pekerja menjadi tantangan tersendiri. Masih banyak pekerja yang emmbandel dan tidak menuruti peraturan keselamatan kerja dengan berbagai alasan. Himbauan saja tidak cukup, harus ada cambuk yang keras agar mereka tidak mengabaikan K3.

Senin, 21 November 2016

Merasa Cantik Karena Cinta Allah


Perempuan mana yang tidak ingin dibilang cantik? Bisa dipastikan bahwa semua perempuan normal ingin tetap terlihat cantik, berapa pun usianya. Apalagi ketika usia semakin menanjak, ada rasa takut untuk terlihat tua. Kaum perempuan pun mencari berbagai upaya agar terlihat awet muda dan masih memancarkan kecantikannya. Saya pun demikian.

Waktu masih muda dulu, saya tidak pernah merasa cantik. Apalagi ketika masih mengenyam masa kuliah dimana teman-teman perempuan saya banyak yang tampak cantik dan menarik. Sementara saya, yang bersifat tomboy tidak tertarik untuk bergaya dan berdandan. Saya tidak berusaha menarik perhatian lawan jenis. Perhatian saya ketika itu adalah meraih prestasi dengan mengikuti pertandingan-pertandingan karate.

Ya, saya memang penggemar olahraga beladiri. Hobi ini saya tekuni sejak duduk di bangku SMP. Setelah sempat terhenti pada waktu SMA, berlanjut lagi ketika kuliah. Kebetulan ada guru karate yang istimewa di kampus, seorang penyanyi yang sangat terkenal yaitu Iwan Fals. Dia ternyata adalah juara karate tingkat nasional. Sebelumnya saya bukan fans fanatik Iwan Fals, tetapi ketika mengetahui bahwa dia adalah karateka, saya menjadi simpati padanya.

Karate membuat saya menjadi semakin tomboy. Gaya dan perilaku saya terlihat 'perkasa' di mata teman-teman. Saya tidak peduli. Bagi saya, selama bisa berkiprah di pertandingan-pertandingan karate, saya merasa bangga dan bahagia. Saya pun tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan cowok mana pun. Apalagi karena saya menjadi murid perempuan kesayangan Iwan Fals. Saya jadi mengenal Iwan Fals dan juga mengaguminya. Ia memiliki karakter yang memang jarang dimiliki laki-laki lain. Iwan Fals patut menjadi idola dan membuat saya menjadikannya standar dalam mengenal laki-laki.

Tahun-tahun berlalu, saya menjalani profesi sebagai jurnalis di beberapa media massa. Dunia wartawan yang cukup keras ( di masa Orde baru), menempa saya menjadi lebih perkasa. Sama sekali tidak ada sifat feminin yang tampak dalam diri saya. Penampilan apa adanya (mungkin cenderung kucel), dengan 'seragam kebangsaan' bercelana jins dan kaos atau kemeja laki-laki. Saya masih lincah kesana kemari mengejar berita. pada tahun 1997, saya meliput suasana kampanye di Jawa Tengah, dalam satu hari bisa menjelajah empat kota.

Mendalami spiritual
Di sisi lain, kehidupan spiritual saya juga meningkat. Memang selama ini juga saya tidak pernah meninggalkan ibadah wajib seperti sholat dan puasa. Gemblengan bapak saya yang juga ulama membuat saya selalu berusaha untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.  Kehidupan di belantara Jakarta memacu saya untuk membentengi diri dengan meningkatkan iman dari waktu ke waktu
Kalau sebelumnya puasa sunnah yang saya lakukan hanya Senin-Kamis seperti Nabi Muhammad, maka kemudian saya meningkatkannya menjadi puasa seperti Nabi Daud. Puasa yang selang seling, satu hari buka dan satu hari puasa ini terasa sangat bagi yang tidak biasa melakukannya. Dengan keinginan kuat untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik, saya berhasil menjalaninya terus menerus.

Begitu pula dengan ibadah sholat, tidak lagi sekedar ritual memenuhi kewajiban. Namun menjadikan sholat sebagai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Tidak cukup dengan sholat wajib, mulai ditambah dengan sunnah-sunnah yang mengikutinya, selain Qiyamul Lail dan Dhuha. membaca kalam Ilahi juga tidak pernah ditinggalkan.
Semua yang saya lakukan ini menjadikan saya merasa sangat dekat dengan Allah. Instink atau indra keenam menjadi lebih tajam. Seringkali Allah memberi pertanda sebuah isyarat sebelum terjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan saya. Dampaknya, saya sering menggunakan indera ini kalau menghadapi suatu masalah.

Usia saya semakin bertambah. Walau sudah memasuki kepala tiga, saya masih saja tomboy. Sementara itu, saya mulai menceburkan diri dalam kegiatan organisasi sosial politik. Entah naluri atau bakat, memang dari keturunan keluarga Ibu kandung saya, adalah orang-orang yang berkecimpung di bidang politik. Pada saat itu saya aktif dalam organisasi sosial politik yang dipimpin oleh salah satu putri Presiden Pertama RI, Ir. Sukarno.

Dengan bertambahnya usia, saya merasakan kondisi fisik juga semakin menurun. Maka olahraga  yang saya tekuni juga saya ganti dengan yang lebih 'halus', yaitu Silat. Walau dalam karate saya sudah memegang sabuk hitam, tapi saya tidak ragu mempelajari Silat dari awal, sabuk putih karena jenis kedua olah raga ini berbeda jauh. Bahkan kedua olahraga ini menyatu dalam jiwa saya, memperkuat lahir dan batin.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa berat badan yang juga bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Mungkin ini yang disebut keturunan atau genetik,  mengikuti ibu saya sendiri. Almarhumah ibu saya bertubuh semakin gemuk ketika menua, walau masa mudanya beliau sangat langsing. Seberapa pun usaha saya untuk mengurangi makan, berat badan tetap saja bertambah setiap tahun. Kalau sebelum usia 30 hanya di bawah 55 kg, setelah lebih dari 30-an menjadi 60 kg. Untunglah postur tubuh saya cukup tinggi sehingga tidak tampak membulat seperti bola.

Pertambahan berat badan itu tidak terlalu merisaukan saya, yang penting tubuh sehat. Saya tetap aktif di organisasi. Dalam perjalanan waktu, saya berhubungan dekat dengan seorang laki-laki yang lebih muda usianya 3 tahun. Saya merasa sangat cocok dengan dia karena memilliki minat dan hobi yang sama. Logika akal manusia seperti itu, tetapi ternyata bahwa Tuhan lebih tahu apa dan siapa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ketika saya meminta petunjuk, apakah dia jodoh saya, jawaban yang diberikan oleh Allah adalah tidak.  Kami pun akhirnya berpisah.

Saya pun semakin mendekatkan diri kepada Allah. Apa yang telah saya alami membuat saya yakin bahwa tidak ada yang lebih tinggi daripada cinta Allah. Karena Dia telah menyelamatkan saya dari cinta manusia yang menyesatkan, melindungi saya dari keburukan hubungan dengan laki-laki yang semula saya kira orang yang baik. Saya justru bersyukur.

jabatan organisasi meningkat

Aktivitas saya di organisasi semakin meningkat. Ketika bergabung dengan salah satu Organisasi sosial politik baru, saya merasa bersemangat. Di situlah saya mencurahkan tenaga dan pikiran dalam kancah politik. Dan karena saya memang menyukai aktivitas ini, perlahan tapi pasti posisi saya meningkat. Dari anggota biasa, meningkat sebagai ketua departemen, hingga menjadi wakil sekjen.

Pergantian kepengurusan organisasi terjadi setiap lima tahun sekali melalui kongres. Karena saya selalu aktif, maka jabatan saya juga naik setelah kongres. Pimpinan yang telah mengetahui kelebihan saya, menempatkan saya di posisi yang sesuai dan dipercaya menerima beberapa tanggung jawab tertentu. Sejak 1999 masuk menjadi anggota biasa, lima tahun berikutnya menjadi ketua departemen, lima tahun berikutnya lagi menjadi wakil sekjen dan lima tahun kemudian, saya menduduki posisi sebagai salah satu ketua bidang hingga sekarang.

Padahal, saya bukan orang yang senang menjilat dan mencari muka kepada pimpinan. Kalau saya menemui pimpinan, itu karena benar-benar penting, atau kalau ada rapat. Karena itu jabatan yang saya dapatkan bukanlah karena kedekatan saya dengan pemimpin. Bagi saya Allah yang membuka mata hati mereka untuk melihat bahwa saya pantas mendapat amanah.

Saya pun bersemangat untuk terus berorganisasi. Saya senang bisa mencurahkan sesuatu  di bidang yang saya sukai, memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga untuk kemashalatan bersama. Dan karena saya merasa enjoy, maka saya tampak bahagia. Ya, saya senang menjadi aktivis dan berusaha maksimal di sana.

Namun saya tetap berusaha semakin dekat dengan Allah. Saya sadari semua itu tidak akan terjadi tana izin-Nya.  Untuk itu saya selalu bersyukur. Salah satu wujud syukur saya adalah menunaikan ibadah umroh sebelas tahun yang lalu. Kemudian saya mendapat perintah untuk berhijab. Saya pun menuruti perintah itu.

Perjalanan hidup semakin luar biasa. Karena saya membuktikan cinta saya kepada Allah, maka Allah membuat orang-orang menyukai saya. Saya pun dapat mengenal akrab beberapa orang tokoh yang cukup terkenal. Bahkan yang paling menakjubkan adalah disayangi oleh para pimpinan. Padahal, apalah saya ini, sebagai pengurus inti, saya mungkin paling tidak mempunyai materi, kendaraan saja masih menggunakan Commuter Line. Inilah kuasa dan cinta ALlah, yang membuat saya semakin percaya diri.

Karena merasa memiliki cinta Allah, maka saya merasa tidak menua. Walau usia saya sudah lebih dari 45 tahun, saya tetap merasa cantik. Tak perlu risau walau jarang ke salon, dengan banyak beribadah, maka Allah membuat pandangan orang lain terhadap saya tetap indah. Saya cantik, walau tidak lagi muda. Bahkan saya akan terus meningkatkan kecantikan saya dengan semakin tunduk kepada perintah-Nya.
 

Senin, 07 November 2016

Stop Violence, Banyak Bahaya Mengancam Perempuan


Betapa banyak di antara kaum perempuan yang tidak menyadari bahaya-bahaya yang bisa mengancam di sekitar kita. Kalau pun ada yang tahu, tidak berusaha menginformasikan dan menyoalisasikannya kepada yang lain. Akibatnya, kekerasan terhadap perempuan semakin sering terjadi, menjadi gunung es yang sulit untuk dipecahkan.

Gathering Serempak yang diselenggarakan 23 Oktober 2016 di Binus FX Sudirman mengajak seratus-an blogger untuk melek dan bahu membahu menyadarkan kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya agar tidak tinggal diam terhadap kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Hadir sebagai pembicara adalah Maman Suherman, Ani Berta (blogger dan Sekjen Iwita) dan Martha (founder Iwita) serta Ibu perwakilan dari Kementrian Pemberdayaan perempuan dan Anak (KPPA)


Sejak dahulu saya sangat prihatin dengan masalah kekerasan terhadap perempuan, terutama kekerasan seksual. Dari tahun-ke tahun kasus kekerasan seksual jumlahnya semakin meningkat pesat. Korban semakin bervariasi, tidak hanya perempuan dewasa, tetapi juga anak-anak dan balita. Hati saya miris jika membaca tentang pedofilia yang tumbuh seperti jamur di musim hujan. Celakanya kasus tersebut baru terungkap setelah jatuh korban puluhan orang.


Menurut Maman Suherman, penulis yang juga blogger kelahiran Sulawesi Selatan, ternyata 69 % pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dekat dan dikenal korban. Dalam catatan Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2016 sudah terjadi 321.752 kekerasan seksual terhadap perempuan. Ini berarti setiap 24 jam terjadi 35 peristiwa kekerasan seksual. Jumlah yang sangat tinggi untuk negara berkembang. Herannya, tidak ada suatu upaya apapun untuk mencegah dan menyetop kasus-kasus seperti ini. Perubahan harga sembako lebih diributkan masyarakat daripada masalah kekerasan seksual terhadap perempuan. Padahal, ini menyangkut masa depan korban, yang juga akan memberi pengaruh pada amsa depan bangsa dan negara.

Fakta-fakta di atas membuat kita tidak merasa nyaman. Bayangkan bahwa  rumah sendiri, bukan tempat yang aman bagi perempuan. Pelaku kejahatan seksual bisa seorang ayah, seorang kakak, seorang paman atau seorang kakek, yang seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga di rumah.  Kita harus siap siaga dan waspada selama 24 jam agar dapat menghindarkan diri dari kekerasan seksual. Terutama bagi anak-anak perempuan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan untuk melawan.
Betapa mengerikan jika membaca berita-berita kriminal dan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Ada ayah memerkosa anak, ada abang memerkosa adiknya ada kakek memerkosa cucunya dan ada paman memerkosa keponakannya sendiri. Dan yang membuat hati menjadi geram dan marah adalah, sanga istri dan orang lain di dalam rumah tidak berani melaporkan karena takut pada ancaman. Akhirnya pelaku justru semakin leluasa mengumbar nafsu bejatnya.

Peran blogger

Mumpung blogger tengah menjadi fenomena, saatnya turut andil dalam upaya menyelamatkan masa depan bangsa dan negara. Blogger bisa menjadi penggerak perubahan dengan tulisan-tulisan yang bermanfaat memberikan penyadaran, khususnya kepada kaum perempuan untuk berhati-hati akan bahaya kekerasan seksual yang bisa mengintai dimana pun ia berada.

Ani Berta, blogger dan sekjen Iwita telah menegaskan pentingnya peran blogger dalam menyoalisasikan program pemerintah dan edukasi dalam tulisan-tulisan yang dapat menggugah para pembacanya agar tidak tinggal diam mengenai masalah kekerasan seksual ini. Misalnya dengan memperkenalkan program-program yang telah dicanangkan oleh KPPA.

Selain kekerasan seksual, tak kalah penting adalah persoalan perdagangan manusia/trafickking yang masih saja terjadi hingga sekarang. Perdagangan manusia ini biasanya terjadi di daerah-daerah yang miskin, dimana mereka cepat tergiur dengan lapangan pekerjaan yang dijanjikan oleh oknum tertentu. Kebanyakan kasus, perempuan-perempuan dibawa ke kota-kota besar, atau ke negara tetangga untuk dijadikan PSK (pekerja seks komersial). namun ada juga yang dijebak dalam industri pariwisata seks dan pedofilia antar negara. Sangat mengerikan bukan?