Selasa, 28 Februari 2023

Taman Buaya Indonesia Jaya Cikarang, Terbengkalai Tak Terawat

 

Kolam yang penuh dengan buaya di belakang saya (dok.pri)

Ada satu tempat penangkaran buaya di daerah Cikarang, namanya Taman Buaya Indonesia Jaya. Dahulu tempat ini pernah viral, didatangi banyak wisatawan. Jumlah buaya kala itu lebih dari 500 ekor.

Beberapa waktu lalu saya dan teman-teman komunitas ke tempat ini. Kira-kira satu jam dari stasiun Cikarang dengan menggunakan angkot. Cukup beruntung jika tidak terhalang macet. 

Saya dan teman-teman (dok.click)


Di halaman depan ada patung buaya yang sangat besar sebagai ikon Taman Buaya Indonesia Jaya. Dengan membeli tiket seharga Rp.20.000/orang, kami masuk ke dalam. Hari biasa jarang sekali orang yang datang. Kalau wiken lebih ramai.

Kondisi di dalam tampak tak terawat. Kursi-kursi dan tenda untuk duduk-duduk terlihat kumuh dan kusam. Jumlah buaya sekarang ini sekitar 320 ekor. Ada yang usianya sudah 60 tahun dan tubuhnya sangat besar. 

Buaya-buaya ini diberi makan dua Minggu sekali. Kebetulan ketika kami datang, baru diberi makan daging sapi. Selain itu juga diberi makan ayam dan bebek. Bayangkan betapa besar biayanya. Pantas saja jika pengelola merasa kewalahan.

Memang pengelola saat ini adalah anak dari pemilik asli. Sayang sekali sang pemilik sudah meninggal dunia. Jadi si anak kurang maksimal mengurus taman Buaya tersebut. Padahal ini merupakan aset yang langka. 

Kami menyaksikan dua buaya jantan yang berkelahi hingga moncongnya berdarah. menurut pawang buaya, mereka berkelahi memperebutkan wilayah dan buaya betina. Suara mereka menggeram, cukup mengerikan.

Buaya putih (dok.pri)


Hal menarik lainnya, ada buaya putih dan buaya buntung. Kedua jenis buaya ini dianggap keramat. Bahkan ada yang menyampaikan hajat pada buaya-buaya itu dengan membawa ayam atau bebek. 


Senin, 27 Februari 2023

Saung Ranggon, 5 Abad Dalam Sunyi

 

Saung Ranggon (dok.yayat)

Tidak banyak yang tahu tentang Saung Ranggon, obyek wisata tersembunyi di wilayah Cikarang, kabupaten Bekasi. Tempat ini memang tidak menjanjikan apa-apa karena tidak ada fasilitas kekinian. Namun bagi penyuka sejarah dan hal-hal mistis, tentu akan menjadi sangat menarik.

Saya dan sekelompok teman bertandang ke saung Ranggon dengan menyewa sebuah angkot. Saung Ranggon berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu Ulin, tetap kokoh berdiri sejak abad 16. Di tengah rerimbunan pohon besar, rumah ini dikelilingi kesunyian.

Saung Ranggon dilindungi pagar besi yang dikunci. Kalau kita mau masuk, harus minta izin pada juru kunci atau kuncen bernama ibu Sri Mulyati. Perempuan berusia 75 tahun ini tinggal di rumah dekat Saung Ranggon. Saya menemui beliau setelah sholat di mushola yang juga berbentuk panggung, di belakang. 

Sinar matahari (dok.yayat)


Ketika pintu dibuka, ruangan di dalam Saung Ranggon tampak remang-remang. Semua dinding ditutup horden, tidak ada sinar matahari yang masuk. Hanya ada dari celah-celah genteng. Lampu yang ada juga tidak begitu terang. Karena itu, suasana jadi terasa mistis. 

Ibu Sri Mulyati menceritakan bahwa rumah ini dibangun oleh kerajaan Siliwangi. Saung Ranggon digunakan untuk menyimpan perbekalan, rempah-rempah dan senjata pusaka untuk melawan Belanda. Rumah ini menjadi tempat rahasia, persinggahan para  pangeran dari kerajaan Cirebon hingga Banten. Di sini juga dilakukan pertemuan untuk mencari strategi melawan penjajah. 

Ibu Sri Mulyati 


Entah kenapa, Saung Ranggon lalu ditinggalkan dan dilupakan. Sehingga rumah ini tertutup oleh belukar dan pepohonan. Beberapa abad kemudian tempat ini ditemukan oleh Raden Abas yang juga keturunan kerajaan Siliwangi. Akhirnya Raden Abas membuka Saung Ranggon dan mendirikan sebuah desa. Dia menjadi penguasa di desa Cikedokan ini. 

Sebagai kuncen, ibu Sri Mulyati merupakan keturunan Raden Abas. Makam Raden Abas beserta keluarga yang lain terletak sekitar satu kilometer dari Saung Ranggon. Meskipun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, Saung Ranggon tetap dipercayakan pada keturunan Raden Abas. 

Ada sebuah kamar di dalam Saung Ranggon. Kita harus minta izin dahulu untuk memasukinya. Sebuah ranjang kecil berkelambu putih, tempat 25 benda pusaka diletakkan. Antara lain, keris, pedang panjang dan tombak. Saya merasakan aura yang kuat dipancarkan benda-benda tersebut. 

Menurut ibu Sri Mulyati, benda-benda pusaka dimandikan pada malam tertentu seperti malam satu suro dan malam maulid. Saya melihat guci-guci berisi air kembang di sisi dinding. Selain senjata pusaka, ada pula sebutir telur yang usianya juga berabad-abad. Uniknya, telur ini mengeluarkan darah. 

Kamar tempat benda pusaka (dok.yayat)


Ada dua foto lukisan di ruangan tersebut. Pertama adalah gambar presiden pertama RI Soekarno, dan kedua adalah gambar penguasa laut Selatan, Ratu Kidul. Hal ini menambah suasana kamar menjadi seram. Tapi bagi saya biasa saja. 

Banyak orang yang menganggap Saung Ranggon adalah tempat yang keramat. Mereka datang dengan tujuan tertentu, misalnya minta jodoh, jabatan atau kekayaan. Ibu Sri Mulyati mengatakan permohonan mereka rata-rata dikabulkan. Mushola di belakang Saung Ranggon, dibuat oleh orang yang berhasil mendapatkan hajatnya sebagai bentuk terimakasih.

Wallahu alam bisawab. 


#SaungRanggon

#mistis

#misteri

#tempatbersejarah