Jumat, 11 November 2022

Jadi Glowing Berkat Korean Yellow Shower di RA Clinic

Aku di RA Clinic Bogor 


Gaes, tahu gak, yang paling dicemaskan perempuan adalah wajah yang kusam. Sudah kodratnya bahwa perempuan ingin selalu tampak cantik, siapapun dia dan berapa pun usianya. Termasuk aku, yang boleh dikatakan tidak muda lagi.

Berbagai cara aku coba lho, tapi belum ada yang memuaskan. Memang sih aku mencari cara merawat wajah yang simpel, tidak butuh waktu yang lama. Soalnya aku sering pura-pura sibuk gak jelas. Ada saja yang aku lakukan.

Namun ternyata ada cara yang praktis dan efektif untuk menjadikan wajah kusam menjadi glowing. Kebetulan aku melihat penawaran RA Clinic Bogor dengan Korean Yellow Shower. Treatment ini bisa menghilangkan flek hitam dan mengatasi wajah kusam. Maka aku pun meluncur ke sana beberapa waktu lalu.

Korean Yellow Shower adalah teknologi canggih yang memudarkan flek hitam. Jadi ini adalah solusi bagi yang ingin cepat glowing tanpa harus menahan rasa sakit.

 KOREAN YELLOW SHOWER

Sampai di sana, aku disambut dengan hangat, duduk di ruang tamu yang ciamik. Ruangan yang cantik dengan nuansa oranye. Cermin besar di dinding membuat kita ingin berkaca terus.

Aku ditangani oleh dokter Raymond yang ramah dan ahli di bidangnya. Sebelum menjalani treatment, aku konsultasi dulu mengenai kulit wajah. Dia menjelaskan bagaimana treatment dilakukan.

Konsultasi dokter 


Seorang asisten membersihkan wajahku terlebih dahulu. Oh ya, ini tentunya dilakukan saat aku berbaring di ranjang khusus. Sebuah mesin penyinaran telah dipersiapkan di sisi tempat tidur.

Kemudian dokter Raymond mulai melakukan treatment penyinaran. Mataku harus terpejam. Walaupun begitu aku menangkap kilauan cahaya oranye yang menerpa wajahku. Hanya sekitar 15 menit lalu selesai, aku membuka mata.

Korean Yellow Shower 

Ternyata setelah melihat di cermin, terlihat perbedaannya. Wajah yang kusam kembali bercahaya. Flek hitam memudar sehingga wajah tampak glowing.

Treatment ini hanya membutuhkan waktu 15mnt. Jadi kalau kita hanya memiliki waktu yg singkat, bisa melakukan treatment ini. Cocok sekali untuk wanita karir atau sibuk. Korean Yellow Shower berfungsi untuk merejuve kulit sehingga terlihat cerah dan glowing seketika.

Perlu diketahui, RA Clinic Bogor merupakan klinik Anti Aging & Aesthetic Center pertama di Kota Bogor yang memberikan terapi sesuai jurnal-jurnal penelitian medis yang sahih sesuai kepakaran dokter-dokter  dalam Anti Aging (Regenerative Medicine) dan Aesthetic Medicine. Dokter-dokter yang menangani merupakan lulusan Master of Anti Aging & Aesthetic Medicine Universitas Padjadjaran.

RA Clinic Bogor selalu mengutamakan keamanan pasien, kenyamanan pasien dan efikasi terapi terbaik untuk pasien sesuai Evidence Based Medicine (EBM). Maka itu sejak tahun 2017  sudah menggunakan laser laser terbaik yang mempunyai jurnal jurnal penelitian di dunia dan terkalibrasi, serta standarisasi terdaftar di Kementrian Kesehatan.

Wajah dibersihkan 

Nah, aku rekomendasikan RA Clinic Bogor untuk perawatan kecantikan. Yuk treatment di sini.


#klinikkecantikan

#bogor

#raclinic

Kamis, 10 November 2022

Kelenteng Tertua di Bogor ada di Pulo Geulis


 Selama ini saya mengira kelenteng tertua di Bogor adalah kelenteng Dhanagun yang berada di ujung gerbang jalan Suryakencana. Ternyata saya salah, ada kelenteng yang jauh lebih tua, tersembunyi di balik pemukiman padat Pulo Geulis.

Dari namanya, Pulo Geulis, kita yakin ini sebuah pulau. Tapi kok bisa ada pulau di Bogor? Bukankah Bogor wilayah tinggi, dekat dengan gunung? Bisa saja ya, karena Allah Maha Pencipta.

Jadi, Pulo Geulis ini adalah pulau kecil yang terbentuk di tengah sungai Ciliwung. Pulau ini ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham yang keturunannya masih ada sampai sekarang. Tapi sebenarnya Pulo Geulis sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran. Bukti prasasti tersimpan dengan baik di kelenteng tertua itu. 


Abraham menemukan kelenteng Phan Ko yang berdiri sejak tahun 1703. Uniknya, Pulo Geulis dihuni oleh keturunan Tionghoa dan masyarakat asli Sunda. Mereka berbaur menjadi satu, saling tolong menolong, berinteraksi dengan akrab. 

Pulo Geulis bisa diartikan sebagai pulau yang cantik. Tetapi konon dahulu ada wanita cantik yang tinggal di sini. Kalau kita melihat dari atas, pulau ini memang cukup bagus, berbentuk perahu. Untuk menuju ke sini harus melalui jembatan gantung. Di bawah jembatan kita bisa melihat aliran sungai Ciliwung. 

Batu prasasti 

Setelah menyusuri gang sempit, sampailah kita ke kelenteng Phan Ko. Pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh, ada pertunjukan barongsai. Barongsai ini sebelumnya dimandikan di sungai Ciliwung. Meski begitu, jika ada perayaan lain, barongsai juga bisa dikeluarkan.

Selain memuja dewa Phan Ko, terlihat juga Dewi Kwan Im. Ini adalah Dewi favorit saya yang diyakini kaum Tionghoa sebagai pemberi rezeki. Saya menyukainya karena dahulu sering nonton film kolosal Cina di televisi. 

Dewi Kwan Im 


Meskipun tidak seberapa besar, kelenteng Phan Ko menyimpan sejarah. Dua batu besar, prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran terawat di sini. Satu ada di tengah ruang pemujaan dewa-dewa, dan satu lagi ada di ruang mushola.

Lho, ada mushola di kelenteng? Ya, kalau ada pengunjung muslim, bisa menunaikan ibadah tanpa harus mencari masjid. Toh ruangannya terpisah, tidak sama dengan ruang dewa-dewa. Alat ibadah juga disediakan. Jangan kaget jika menemukan satu makam yang dianggap keramat di mushola, di samping batu prasasti. 

Masyarakat di sekitar bebas menawarkan dagangan kuliner mereka ketika ada pengunjung ke kelenteng. Mereka membuat aneka jajanan yang disukai anak-anak. Ada juga bakpao isi yang menjadi ciri makanan kaum Tionghoa, halal karena yang membuat adalah masyarakat muslim. 

Kuliner produk UMKM sekitar kelenteng



Selasa, 01 November 2022

Mengenal Masjid Jami Pangkal Pinang, Bangka


Pangkalpinang ada di pulau Bangka, merupakan ibukota provinsi Kepulauan Bangka Belitung.  Pangkalpinang didirikan oleh  Sultan Susuhanan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, yang memerintah pada tanggal 17 september 1757. Ia memerintahkan kepada Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita Menggala dan kepada Depati serta Batin Pengandang dan kepada para Krio yang ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau pengkal sebagai tempat kedudukan Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk mengawasi parit-parit penambangan timah, yang disebut kuli tambang dari Cina, Slam, Kocin dan Melayu serta mengawasi distribusi timah ke Kesultanan Palembang Darussalam.

Secara Etimologi Pangkalpinang berasal dari dua kata yaitu Pangkal atau Pengkal dan Pinang (areca chatecu). Pengkal atau Pangkal yang bahasa Melayu Bangka berarti pusat atau awal mulanya sebagai pusat perkumpulan timah yang kemudian berkembang artinya sebagai pusat distrik, kota tempat pasar, tempat berlabuh kapal atau perahu dan pusat segala aktifitas dan kegiatan dimulai. Sedangkan pohon Pinang, adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang.

Pulau Bangka, pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Bahauddin, termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang. Sultan menaruh perhatian esktra terhadap Bangka karena hasil timahnya merupakan komoditas yang cukup menguntungkan Palembang. Usaha Sultan Mahmud Bahauddin dalam memanfaatkan potensi tambang timah Bangka mendapat tantangan dari beberapa pihak, termasuk kaum lanun (perompak), kerajaan tetangga seperti Lingga, bahkan kongsi dagang Eropa seperti East India Company (EIC) milik Inggris dan Vereenigde Oost Compagnie (VOC) milik Belanda.

Sementara itu, timah Bangka sudah menjadi komoditas ekspor sejak masa pendudukan Inggris di wilayah Kesultanan Palembang Darussalam pada awal abad ke-19. Pada masa itu, timah Bangka ditambang dengan teknik tradisional oleh masyarakat setempat menggunakan peralatan seadanya, seperti dulang, pacul, sekop dan cangkul.

 Sejarah Pangkalpinang juga tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan Masjid Jami Pangkalpinang. Masjid Jamik tersebut pertamakali dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 M dengan bentuk bangunan semi permanen dengan pondasi yang cukup kuat, berlantai semen berdinding papan dan beratap genteng bila dilihat dari atas berbentuk seperti piramida, lebar di sebelah bawah menciut di bagian tengah dan atasnya. 

Dalam perjalanannya, Masjid Jami mengalami 3 (tiga) kali renovasi, 2 kali renovasi besar dan sekali renovasi kecil. Tahap pertama dilakukan pada 1950-1954, sedangkan tahap kedua pada 1955-1961 selesai secara total dan diresmikan pada 3 Juni 1961, dan renovasi kecil yang terakhir dilakukan pada tahun 2003.

Uniknya, pembangunan masjid ini dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong. Demikian pula renovasi masjid dilaksanakan oleh masyarakat dengan melibatkan semua unsur baik sipil maupun militer. Bantuan dana berasal dari partisipasi masyarakat yang ada di Pulau Bangka, para pengusaha muslim dan non muslim, dan Perusahaan Tambang Timah Bangka. 

Pengusaha asal Bangka yang ada di pulau Jawa, dan bahkan Wakil Presiden RI Drs. Muhammad Hatta (Bung Hatta) ikut menyumbang uang tunai sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) pada renovasi tahap pertama(1950-1954). Pada pada saat itu harga emas 1 gram= Rp 4,30. Jadi, sumbangan Bung Hatta senilai 232,5 gram emas waktu itu.

Menurut cerita masyarakat setempat, setiap unsur bangunan masjid memiliki makna filosofis. Salah satu keunikan masjid ini adalah antara tangga depan (yang berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang, bisa diartikan sebagai Rukun Islam. Kemudian, antara tembok depan dengan atapnya dihiasi tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dapat diartikan sebagai Rukun Iman. 

Ciri khas lainnya dari Masjid Jami Pangkal Pinang adalah 4 menara di sudut bangunannya yang menjadi simbol jumlah empat khalifah sekaligus sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW.

Bangunan Masjid Jami Pangkal Pinang mempunyai jendela-jendela berukuran besar dengan tujuan memperlancar sirkulasi udara saat jemaah datang untuk beribadah. Jendela-jendela tersebut menjadi salah satu bagian bangunan yang dipertahankan sejak dibangun pada tahun 1936.

Masjid Jami Pangkalpinang juga dilengkapi sebuah beduk ukuran raksasa pemberian dari Kapolda pertama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang khusus didatangkan dari pulau Jawa.

Masjid Jami Pangkalpinang saat ini dapat menampung jamaah sebanyak 2.000 orang, dengan luas tanah seluas 5.662 m² dan sudah disertifikat pada tanggal 6 Februari 1993. Dan, sejak tahun 2010 Masjid Jami telah menjadi salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang. Hal itu tercatat di Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010 dan dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Bila Anda berkunjung ke Pulau Bangka, jangan lupa singgah di Masjid Jami Pangkalpinang yang bersejarah dan merupakan masjid tertua di kota Pangkalpinang yang dihuni oleh berbagai etnis dan agama dengan rukun damai sejahtera sejak dulu kala.