Rabu, 02 Juni 2021

Hindari Titip Anabul ke Pet Shop



 Lanjut pada cerita saya tentang anabul, ini sepenuhnya kelalaian saya. Selama ini Cheesy baik-baik saja, sehat dan lincah. Dia tidak pernah kemana-mana, hanya di rumah. Kalau saya pergi satu atau dua hari akan saya titipkan pada keponakan yang akan datang memberi makan.

Nah, minggu terakhir puasa, kakak pertama meminta saya untuk tinggal bersama dia sampai setelah lebaran. Berhubung saya menghormati dia sebagai pengganti orang tua, maka saya turuti permintaannya. Selain itu, saya khawatir tidak punya waktu lagi untuk menjalani kebersamaan dengan dia. Saya teringat kakak keempat yang baru saja meninggal dunia bulan Maret lalu.

Saya tidak enak jika menitipkan anabul terlalu lama kepada keponakan karena dia kadang juga keluar bersama temannya. Maklum anak muda, masih berkesempatan berkumpul, kongkow dengan sahabat. Maka saya memutuskan menitipkan anabul ke pet shop terdekat dari rumah.

Pet shop itu tempat saya membeli makanan untuk Cheesy. Sebelumnya saya lihat ada juga yang menitipkan anabul ke situ. Sebelum saya serahkan, saya bilang Cheesy belum divaksin. Si mbak yang melayani hanya mengangguk, tidak bereaksi atau menjelaskan. Saya mendapat nota saja.

Selama enam hari saya tinggalkan Cheesy di pet shop. Ketika mau diambil, saya minta di grooming dulu supaya bersih dan wangi. Ternyata makanan yang saya sertakan, masih banyak. Padahal biasanya satu minggu habis satu bungkus. Tapi saya tidak bertanya lebih lanjut.

Cheesy saya ambil hari Sabtu. Minggu dia masih bertingkah normal, lincah dan manja. Tetapi pada hari Senin, mulai terlihat lesu. Dia tidak lagi mau makanan kering yang biasa diberikan.

Saya ke pet shop menanyakan kenapa bisa sakit. Si mbak mengatakan mungkin kena virus karena kucing dia mati tiga ekor. Saya kaget, kok bisa begitu. Jejangan kucing kesayangan saya terjangkit virus dari situ. Si mbak menyarankan memberi kuning telur dan Curcuma.

Pada mulanya saya turuti anjuran itu. Saya membeli makanan basah, telur dan snacks yang dikemas dalam sachet. Cheesy msdih mau menelan makanan itu. Di sisi lain saya ragu membawa dia ke dokter karena habis lebaran pasti penuh dan belum banyak yang buka.

Dua hari makanan dan minuman harus dijejalkan ke mulut Cheesy dengan menggunakan pipet. Dia tidak mau makan minum sama sekali. Saya juga meminumkan susu beruang agar dia lebih kuat.

Namun kondisi Cheesy semakin menurun. Dia pup mencret terus menerus. Terpaksa saya tidurkan di kandang agar kotoran tidak kemana-mana. Kalau mau minum dan makan saya bersihkan dahulu, dipangku dan disuapi. Jarang yang ditelan.

Kondisi anabul semakin parah. Hati saya miris melihatnya. Saya mau bawa ke klinik, tapi urung karena seorang teman baru saja bercerita kucingnya mati setelah dirawat 11 hari. Uang sudah keluar jutaan, tetap tidak tertolong.

Saya Googling mencari tahu tentang virus yang menyerang kucing. Sedih membaca salah satu jenis virus mematikan untuk kucing tidak dapat diobati. Ciri-ciri sama dengan yang dialami Cheesy.

Pada hari Sabtu, Cheesy nyaris tidak lagi bergerak. Ia sekarat. Saya pangku, tidak ada makanan dan minuman yang diterima, semua dimuntahkan. Firasat saya buruk. Ia tidak bisa bertahan.

Betul saja, Cheesy sakaratul maut di pangkuan saya. Ia menggelepar kesakitan dan kadang menggigit karena kuatnya rasa sakit. Kemudian setelah saya letakkan di lantai, ia menggelepar sejenak lalu menghembuskan nafas terakhir. Innalilahi wa innailaihi Raji'un.

Saya shock dan sangat sedih kehilangan Cheesy. Tak menyangka ia pergi begitu cepat. Ini gegara saya titipkan dia ke Pet Shop. Sungguh saya menyesal. Seharusnya saya tetap titipkan pada keponakan. 





Selasa, 01 Juni 2021

Kematian Anabul itu Perih, Kawan

 


Apakah teman-teman mempunyai binatang peliharaan yang sangat disayangi? Binatang kesayangan ini sudah merupakan bagian dari hidup kita. Seringkali dia hadir menghibur hati kita yang sedih atau resah dengan caranya yang khas. 

Binatang kesayangan yang berbulu lazim disebut anabul (anak bulu/anak berbulu). Keberadaannya seperti anak sendiri, terutama bagi mereka yang belum dikaruniai anak, anabul ini menjadi tempat mencurahkan kasih sayang.

Begitu pula dengan saya, yang sangat menyayangi seekor kucing pemberian dari keponakan. Kucing ini keturunan ras Himalaya, dengan ciri khas hidung yang hitam dengan bulu putih lebat. Saya memberi dia nama Cheesy.

Cheesy sangat lucu walaupun kadang juga mengesalkan, melakukan kenakalan sebagaimana umumnya seekor hewan. Dia selalu mengikuti kemana saya bergerak. Bahkan ke kamar mandi juga ditunggui di depan pintu.

Ketika saya berusaha konsentrasi menulis artikel atau membuka gadget, Cheesy sengaja mengganggu. Ia ingin diperhatikan, diajak main. Cheesy senang sekali main petak umpet, mencolek saya dan kemudian lari bersembunyi.

Kalau sedang sibuk menulis, saya tentu tidak memperhatikan dia. Cheesy akan duduk di rak sepatu depan jendela. Dia menonton orang-orang yang lewat. Sebaliknya akan menggeram jika melihat ada kucing lain di luar.

Boleh dikatakan saya tidak pernah membawa Cheesy keluar rumah. Kalau saya bepergian hanya beberapa jam, saya sediakan makanan dan minuman yang cukup banyak. Dia akan menyambut kepulangan saya di rak sepatu dan menyodorkan wajahnya untuk dicium.

Sedangkan saat bepergian ke luar kota beberapa hari, saya akan menitipkan kepada keponakan. Cheesy tetap di rumah, keponakan saya akan datang untuk memberi makan.

Namun sekarang semuanya tidak terjadi lagi. Cheesy telah menghembuskan nafas terakhir seminggu setelah lebaran. Saya tidak menyangka dia pergi begitu cepat, usianya baru lima bulan.

Saya menangisi kepergiannya, hati terasa perih seperti disayat-sayat. Saya merasa kehilangan, tidak ada lagi yang menghibur saya. Tidak ada lagi yang usil mengganggu saya.

Bau Cheesy masih tercium meski rumah telah dibersihkan. Hal ini menimbulkan rasa kangen kepada Cheesy, dan mengalir air mata saya mengenang dia. Sungguh saya menyesal karena lalai dalam merawat Cheesy sehingga terkena virus yang mematikan.