Harianto Albarr (dok.harianbarru) |
Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah yang kita ingat dari salah satu pahlawan Nasional, Ibu RA Kartini. Namun ada seorang pemuda yang betul-betul menjadi penerang bagi desanya yang gelap gulita karena tidak mendapatkan aliran listrik. Dia adalah Harianto Albarr.
Harianto La Sossong Albarr, merupakan alumni Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Pada saat liburan kuliah pada tahun 2008, Hari mulai tergerak untuk membuat pembangkit listrik untuk desanya tercinta. Pemuda ini sadar bahwa bahwa salah satu faktor yang menghambat kemajuan di desa asalnya adalah ketiadaan sumber listrik. Jangankan menonton televisi, sumber penerangan saat gelap pun tidak dapat terpenuhi secara merata di Desa Bacu Bacu, Makassar,Sulawesi Selatan.
Meskipun pengetahuan Hari masih sangat terbatas, ia berpikir keras bagaimana caranya agar desa tersebut keluar dari kegelapan. Harianto Albarr tercatat sebagai pemuda pertama yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi. Ia kemudian mulai mempelajari berbagai teknik pembuatan pembangkit listrik dari sejumlah literatur.
Harianto Albarr (dok.suara Celebes) |
Tidak mudah mewujudkan kehadiran listrik di desa yang terpencil. Ia harus belajar banyak, bukan hanya membaca berbagai literatur, tapi juga mempelajari sekelilingnya. Sebab kondisi alam desa belum tentu sama dengan tempat lainnya.
Dengan menyesuaikan kondisi alam berikut potensi yang dimiliki wilayah tempat tinggalnya, Hari lalu memilih pembangkit listrik Mikrohidro sebagai solusi. Pada mulanya, banyak warga yang meremehkan upaya Hari. Tak mereka sangka Hari menciptakan sebuah turbin pembangkit listrik, menghasilkan daya listrik bagi Desa Bacu Bacu. Bersama beberapa orang rekannya, Hari membuat sebuah kincir air sederhana menggunakan berbagai barang yang dapat ditemukan.
Listrik yang dihasilkan memang belum sampai 1000 watt, namun ternyata pembangkit listrik sederhana itu sudah bisa menerangi desa Bacu-bacu saat malam hari. Kini setelah tahun-tahun berikutnya, Desa Bacu Bacu tak lagi menjadi daerah yang gelap, tapi terang dengan listrik mengalir.
Pada tahun 2016 secara resmi Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah masuk dan memberikan aliran listrik. Namun Desa Bacu Bacu tetap menggunakan pembangkit listrik gagasan Harianto Albarr. Hal ini tetap diperlukan mengingat listrik dari PLN tidak mengalir setiap saat. Bahkan, dengan hasil daya listrik yang jauh lebih besar dari tahun 2008, Desa Bacu Bacu sudah memiliki kelompok perwakilan warga yang mengelola penggunaan pembangkit listrik tersebut.
Harianto Albarr dalam aktivitas lain (dok.harianto) |
Berkat Harianto Albarr, desa Bacu-bacu tidak kekurangan cahaya penerang. Pemuda ini sudah memberikan sumbangsihnya bagi masyarakat tempatnya berasal sehingga kehidupan di sana pun berangsur membaik. Tidak heran jika perusahaan dan yayasan yang didirikannya, menerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2012.
Penghargaan untuk bidang teknologi ini, Harianto Albarr sudah memperkenalkan karyanya hingga desa-desa di daerah lain seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Hari berharap, cara yang diterapkan oleh desanya juga dapat bermanfaat pada puluhan ribu desa di seluruh Indonesia yang belum dialiri listrik.
Berada di alam pedesaan (dok.harianto) |
Kiprah Harianto Albarr tidak berhenti sampai di situ. Supaya bisa berbuat banyak kepada masyarakat, maka Hari terjun ke dunia politik. Ia menjadi caleg dari PKS pada Pemilu legislatif yang lalu. Dia pun menjadi calon Bupati untuk Pilkada mendatang.
Karya nyata Harianto Albarr diakui oleh masyarakat. Dia telah memberikan manfaat bagi rakyat kecil di pedesaan. Indonesia sangat membutuhkan pemuda-pemuda kreatif seperti Hari.