Mungkinkah sebuah buku mendapatkan rekor Muri? Ternyata bisa lho. Ini yang paling membuat saya terkesan. Sebuah novel garapan 33 orang penulis berhasil meraih rekor Muri. Bagaimana ceritanya?
Tiga tahun lalu di masa pandemi Covid 19, ada teman yang menggagas ide untuk menulis novel beramai-ramai. Ini untuk mengisi waktu karena kami lebih banyak di rumah karena takut tertular virus Corona. Ide ini kami sambut baik, dan mulailah berjalan.
Setiap penulis mendapat jatah menulis satu bab dan diberi waktu selama lima hari untuk menulis satu bab tersebut. Setelah selesai, dilanjutkan dengan penulis kedua yang menulis bab dua. Begitu seterusnya hingga bab 33.
Tentu saja setiap bab harus bersambung dan berhubungan dengan bab sebelumnya. Ini yang membuat penulis harus membaca dengan seksama jangan sampai salah. Apalagi bab yang belakangan, banyak yang harus dibaca.
Setiap penulis bisa mengembangkan imajinasi, tetapi tetap mengacu pada plot cerita utama. Penyesuaian dengan tema dan juga dengan kisah yang dituturkan penulis lain. Jadi merupakan kesatuan dalam perbedaan.
Ini kelihatan gampang, padahal sebetulnya cukup sulit karena setiap penulis memiliki gaya cerita yang berbeda, selera yang berbeda. Di sinilah dituntut kemahiran penulis ketika menyatukan diri dengan beragam penulis.
Keunikannya, semua penulis punya latar belakang yang berbeda, baik pendidikan maupun profesi. Maklum di Indonesia, jarang Penulis yang bisa "makan" dari menulis.
Oh ya, dalam novel ini saya menulis bab 30. Novel ini mengisahkan tentang cinta dan dendam yang terbentang hingga ke beberapa benua. Silakan pesan di penerbit One Peach Media.
Saya, novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal (dok.pri) |