Kamis, 06 April 2017

Abimanyu Mandira Sungsang, Pelajaran Untuk Ayah dan Anak

Foto: Rahab Ganendra

Kisah dalam pewayangan seringkali dianggap hanya sebuah kisah di masa lalu. Sama seperti dongeng atau legenda yang tampaknya tidak ada dalam realita kehidupan manusia zaman sekarang. Namun ternyata anggapan itu salah, pewayangan justru memiliki cerita yang relevan untuk masa kini. Demikian ditegaskan Sutradara Abimanyu Mandira Sungsang, Nanang Hape, di Gedung Kesenian  Jakarta, Kamis, 6 April 2017.

"Cerita dalam pewayangan tidak statis, tidah hanya cocok untuk zaman dahulu. Banyak dari kisah Pewayangan yang justru sesuai dengan keadaan yang kita alami sekarang ini," jelas Nanang Hape.

Pementasan wayang orang yang mengangkat kisah Abimanyu Mandiri Sungsang ini diselenggarakan oleh Wayang Kautaman.  Ini adalah tahun ketiga Wayang Kautaman mempersembahkan pementasan wayang orang sejak tahun 2015. Pementasan wayang orang hanya berlangsung setahun sekali, karena perencaannya dilaksanakan secara teliti dan mendetil. Ira Soerono dari Wayang Kautaman adalah produser untuk pementasan ini.

Dalam pementasan Abimanyu Mandiri Sungsang yang berlangsung semalam, menggambarkan ketidak-selarasan hubungan antar ayah dan anak (Arjuna dan Abimanyu). Perbedaan pendapat dan pandangan membuat mereka salah mengerti dan justru semakin menjauhkan hubungan mereka. Nah, tidak harmonisnya ayah dan anak adalah kenyataan yang banyak kita temui sekarang ini.

Tidak harmonis

Abimanyu adalah anak yang kehilangan kasih sayang seorang ayah. Ia baru berusia satu tahun ketika Arjuna harus meninggalkan keluarga untuk menjalani hukuman akibat perjanjian dalam periswtiwa 'dadu'. Setelah belasan tahun, barulah Arjuna turun gunung pulang ke rumah.

Namun Arjuna dibebani oleh perjanjian untuk menjodohkan Abimanyu dengan Dewi Utari (putri Wirata). Maka ia memerintahkan Abimanyu untuk melaksanakannya. Abimanyu berusaha menentang perintah tersebut karena dia sudah memiliki istri, yaitu Siti Sundari.

Kehendak Arjuna mendatangkan pergoalkan batin yang hebat dalam diri Abimanyu. Bayangkan, selama ditinggalkan Arjuna, ia tidak pernah mengenal sosok ayahnya yang sebenarnya. Selama ini yang mengasuhnya adalah Baladewa. Karakter Abimanyu terbentuk mirip Baladewa, walau kelihatan lembut di luar tetapi sangat keras hati. Ia sulit menerima perintah Arjuna, yang datang bukan menunjukkan kasih sayang tetapi mendikte dia untuk berbuat sesuai kehendaknya.


Abimanyu sangat kecewa, hatinya galau. Tapi ia juga merasa tak berdaya. Abimanyu menyadari kebesaran nama ayahnya sebagai seorang ksatria Pandawa. Perasaan terluka itu membuat ia patah semangat dalam menjalani hidup.

Kresna dan Baladewa lalu menegur Arjuna. Kresna mengatakan bahwa Arjuna seharusnya jangan langsung memaksakan perintah itu begitu turun gunung. Idealnya hal itu dilakukan secara perlahan agar tidak menyinggung perasaan Abimanyu.

Arjuna serba salah, ia mengutarakan kesedihannya karena gagal mendekati anaknya sendiri. Ibu Abimanyu, Sembadra berusaha memberi semangat kepada suaminya. Namun hubungan ayah dan anak itu  tidak juga membaik.

Gatotkaca diperintahkan Kresna untuk menjaga Abimanyu. Dia menghibur Abimanyu dan memberi motivasi agar Abimanyu bangkit kembali. Abimanyu pun kemudian berusaha ikhlas menerima keadaan dan menerima Dewi Utari sebagai istrinya untuk kebaikan negara.

Baratayudha

Perang Baratayudha pecah di Tegal Kurusetra sebelum Arjuna dan Abimanyu memperbaiki hubungan anatar ayah dan anak. Pihak Kurawa telah menjalankan taktik dari Durna agar berhasil mengalahkan Pandawa. Puntadewa menjadi sasaran utama agar perang bisa diselesaikan dengan cepat.

Bima dan Arjuna terpancing jauh meninggalkan medan perang. Pandawa menjadi terdesak hebat. Kresna lalu memanggil Abimanyu untuk membantu pasukan Pandawa. Abimanyu merasa ini adalah kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri. Ia adalah seorang ksatria yang harus membela negara.

Dengan gagah berani Abimanyu terjun ke medan perang, mengerahkan segala kemampuannya untuk menembus pertahanan Kurawa. Sayang ia terjebak  masuk ke dalam pusaran taktik Cakrabyuha milik Durna. Ia hilang entah kemana.

Arjuna mendapat teguran dari Kresna dan menyampaikan Abimanyu dalam bahaya. Arjuna terkejut dan berusaha menemukan Abimanyu. Sayang ia terlambat, Abimanyu tak tertolong lagi. Arjuna sangat menyesal atas kecerobohannya.

Prima

Secara keseluruhan pertunjukan lakon Abimanyu  Mandira Sungsang ini nyaris tanpa cela, semua tampil prima, baik dari pemain utama, figuran hingga penata musik dan artistik.  Bahkan pencahayaan di atas panggung menambah dramatis seluruh adegan. Para penonton dibuat terpukau oleh setiap adeganadegan  di atas panggung.

Saya dan teman-teman blogger sangat senang dan bangga dapat menyaksikan pementasan wayang orang ini. Memang kita harus lebih banyak mengenal dan mengangkat pamor budaya Nusantara yang semakin tergerus oleh modernisasi.

Kisah dalam pewayangan mengandung banyak folosofi kehidupan. Kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah tersebut yang sebenarnya menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari. Baik itu dalam bidang politik atau masalah-masalah keluarga.

Kita harus berterima kasih kepada  Wayang Kautaman yang berpusat di TMII, karena tidak hanya memfasilitasi pelestarian adat dan budaya, tetapi juga berani menyelenggarakan pementasan wayang orang dalam skala besar.

Hebatnya, pementasan ini tidak hanya diminati oleh orang tua. Saya melihat banyak rekan mahasiswa, terutama dari jurusan Sastra Jawa UI, memadati kursi penontong dan memperhatikan dengan antusias.

Pemantasan Abimanyu Mandira Sungsang hanya dibuka untuk umum selama dua hari saja, yaitu Jumat (7/4) dan Sabtu (8/4). Karena itu  jangan lewatkan kesempatan ini. Kalau tidak, anda harus menunggu satu tahun lagi agar bisa menyaksikan wayang orang yang diselenggarakan Wayang Kautaman.

Para pemain utama: Ali Marsudi sebagai Arjuna
                                 Wasi Bantolo sebagai Abimanyu
                                 Agus Prasetyo sebagai Kresna
                                 Teguh 'kenthus' Ampiranto sebagai Baladewa.

foto: Rahab Ganendra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar