Minggu, 07 Januari 2018


Purbalingga adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, jaraknya hanya sekitar satu jam dari Purwokerto. Untuk menuju ke sana, lebih enak naik kereta api yang ke Purwokerto. Nanti ada angkot yang menuju Bobotsari. Masjid Cheng Hoo ini tidak jauh dari pasar Bobotsari. Inilah wisata religi di Purbalingga.

Sebenarnya masjid Cheng Hoo yang terkenal ada di Surabaya, yang dibangun untuk menghormati  dan mengenang Laksamana Cheng Hoo dari  Yunnan, Tiongkok. Namun tak ada salahnya kita mengenal masjid Cheng Hoo ala Purbalingga, yang baru diresmikan pada tahun 2011 oleh Pemerintah daerah setempat. Jelas memang berbeda dengan Masjid Cheng Hoo Surabaya.

Asal  mula berdirinya masjid Cheng Hoo Purbalingga, karena adanya seorang mualaf keturunan Tionghoa yang bernama Thio Hawa Khong dan kemudian berganti nama  Heri Susatyo. Ia menilai sumber kekuatan Islam ada di masjid. Heri Susatyo  mulai membangun masjid ini pada tahun 2004 dengan bantuan para penduduk.  Masjid ini digunakan untuk dakwah, terutama kepada kaum Tionghoa.

Sesuai dengan namanya, maka arsitektur bangunan memberikan ciri khas Tiongkok., mirip kelenteng.  Apalagi dengan warna merah yang menjadi identitas kaum Tionghoa.
Dari jauh, masjid ini tampak cantik dan menarik. Sayangnya, ukuran Masjid ini tidak begitu besar. Berbanding terbalik dengan luas parkiran yang disediakan untuk para pengunjung.

Toilet yang bergandengan dengan tempat wudhu, ada di sisi kiri masjid. Kita harus melepaskan alas kaki untuk menjaga kebersihannya. Lalu setelah wudhu, melewati kolam rendah yang memang menjaga supaya kaki yang masuk tetap bersih dan tidak membwawa kotoran. Setelah itu menaiki beberapa anak tangga, masuk ke dalam masjid melalui pintu samping.

Pintu utama yang berada di depan, adalah pintu yang unik, bentuknya menyerupai kepala kunci dengan lingkaran besar dan gagang pendek. Warnanya antara merah dan kuning. Sedangkan daun pintunya, mengikuti bentuk lingkaran itu, terbuat dari kayu jati ukir  yang indah. Kalu kita buka, seperti membuka sebuah lorong.
Pintu Masjid (dok.pri)
Pintu Masjid (dok.pri)
 
Di sebelah kiri pintu, ada bedug yang dibunyikan sebelum adzan berkumandang. Pukulan bedug, merupakan hal yang sudah jarang dilakukan di masjid-masjid di wilayah Jabodetabek. Padahal suaranya merdu dan bergema hingga berkilometer jauhnya. Lebih ampuh untuk mengingatkan orang akan datangnya waktu shalat.

Di dalam masjid yang tidak begitu luas dan memanjang ke samping, ruangan terbagi dua. Bagian depan adalah shalat untuk laki-laki, dan di bagian belakang untuk perempuan.
Ada lemari kayu di sudut ruangan tempat peralatan sholat dan juga beberapa buah kitab suci Alquran. Di bagian depan,  mimbar yang berada di tengah didominasi oleh keramik berwarna merah.

mimbar masjid (dok.pri)
mimbar masjid (dok.pri)
 
Dua tiang besar penyanga masjid tampak kokoh, berada di sisi kanan dan kiri. Namun kalau kita menengok ke atas, maka kita bisa melihat lingkaran indah dengan desain khas Tiongkok serta lampu hias yang juga cantik. Walau pengunjung datang silih berganti, tetapi suasana di dalam masjid terasa tenang dan nyaman. Betah juga jika berlama-lama di sana.

bagian atas masjid (dok.pri)
bagian atas masjid (dok.pri)
 
Di halaman parkir ada jejeran warung penjaja makanan. Bagi wisatawan yang datang dari luar kota, tidak sulit untuk mencari makanan yang khas daerah Purbalingga. Beberapa pedagang kaki lima juga mangkal di pojokan, ada bakso, rujak dll.

Sejatinya, Masjid ini tidak hanya sebagai wisata religi. Sesuai dengan tujuan pembangunannya, masjid adalah tempat siar Islam. Di sini juga ada kajian-kajian mengenai ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar