Rabu, 10 Mei 2023

Kusta Penyakit Kutukan? Yuk Tinjau dari Perspektif Agama

 

Talk show Kusta Dalam Perspektif Agama (dok.pri)
Penyakit kusta itu sangat mengerikan. Begitulah yang tertanam dalam benak aku ketika masih kecil. Aku melihat gambar jari-jari orang yang mengidap kusta seperti dimakan vampir, berkurang dan semakin pendek karena ujungnya membusuk.

Bahkan aku pernah membaca, ketika zaman penjajahan Jepang, ada satu desa di mana penduduknya dijangkiti penyakit kusta. Tentara Jepang urung memasuki desa itu karena takut ketularan. Mereka terbirit-birit melarikan diri jika bertemu dengan orang yang mengidap penyakit kusta.

Jadi, ada pertanyaan dalam benakku, kok penyakit itu menakutkan sekali. Banyak yang bilang kalau penyakit itu adalah kutukan. Konon penyakit itu adalah hukuman bagi pendosa. Karena itu menjauhlah dari orang-orang yang terkena kusta, agar kita tidak ikut terkena dosanya. 

Namun pemerintah Republik Indonesia tidak tinggal diam. Perlahan penyakit ini mulai dibasmi dengan pemberian gizi kepada masyarakat dan melakukan pengobatan yang intensif. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpandangan bahwa penyakit kusta adalah sebuah kutukan. 

Tinjauan agama

Suatu fakta bahwa masyarakat Indonesia menganut agama. Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Lalu ada kristen, Budha, Hindu, Khonghucu, dan kepercayaan lain. Apakah tidak ada tuntunan tentang penyakit kusta? 

Flyer talk show (dok.kbr.id)

Kebetulan pada  Senin 8 Mei 2023, aku mendapat kesempatan mengikuti talkshow yang diselenggarakan NLR Indonesia melalui  KBR di segmen Ruang Publik. Tema yang diangkat adalah "Kusta Dalame Perspektif Agama. Ada dua dua nara sumber yang hadir yaitu Ustadz Muhammad Iqbal Syauqil Al Ghiffary dan Pdt. (Emeritus) Corinus Leunufna - Pendeta & ΟΥΡΜΚ.

Acara yang berlangsung live streaming melalui YouTube ini membuat saya tercerahkan tentang perspektif kusta dalam agama. Banyak hal yang terungkap dan dijelaskan oleh narasumber. 

Ustadz Iqbal (dok.pri)

 Ustadz Iqbal yang juga seorang dokter umum, menerangkan penyakit kusta sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Penyakit ini dianggap sangat berbahaya sehingga ada doa khusus dalam hadits sebagai bentuk perlindungan Nabi kepada Tuhan agar terlindung dari penyakit kusta. "Doa ini bisa dilacak sampai Nabi Muhammad. Ada sanadnya." jelas ustadz Iqbal. 

Rasulullah berdoa,"Ya Allah, kami berlindung dari penyakit yang buruk (kusta)". 

Bagaimana tidak berbahaya, penyakit kusta membuat penderita menjadi  cacat. Gambaran penyakit kusta pada fase yang lebih lanjut, akan mengalami mutilasi (yang tampak seperti dipotong, semakin memendek) sehingga menyebabkan pasien  menjadi disabilitas. 

Tetapi Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa kusta adalah kutukan. Bahkan beliau memperlakukan orang yang mengidap penyakit kusta dengan baik. 

Meskipun ada rasa takut (tertular) pada Nabi Muhamad namun nabi tidak mendiskriminasikan umatnya. Pada masa itu istri Rasulullah berkenan makan bersama penderita kusta. Yang diajarkan nabi untuk para umatnya untuk tetap waspada dan berhati-hati.

Pdt Corinus Leunufna (dok.pri)

Nah, sekarang kita tinjau dari agama Kristiani.  Ternyata Pdt. (Emeritus) Corinus Leunufna, selain seorang rohaniawan juga OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta). Ia menceritakan bagaimana awalnya ketika menderita kusta.

"Waktu itu tanggal 16 Juni 2016 kondisi tubuh saya seperti mati rasa, sangat tidak enak. Saya pergi ke puskesmas, melalui pemeriksaan,  dokter kemudian menyatakan saya terkena Kusta. Dunia serasa berputar bahkan runtuh. Saya minum obat tanpa putus selama setahun. Dan pada Mei 2017 saya dinyatakan sembuh"

Pendeta sempat merisaukan stigma yang ada dalam masyarakat terhadap penderita kusta. Tapi pengalaman membuktikan bahwa penyakit kusta bukan merupakan penyakit kutukan, melainkan ujian dari Tuhan. 

Sebagaimana dalam ajaran Islam yang aku ketahui, penyakit merupakan ujian bagi orang-orang yang beriman. Ujian atas kesabaran hamba-hamba-Nya. Orang yang bersabar terhadap sakitnya mendapatkan dua hal: pahala atas kesabaran dan pengguguran dosa-dosa yang pernah dilakukan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar