Selasa, 15 Maret 2016

Seberapa Tahu Kita Tentang Kanker Serviks


Kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker leher rahim, merupakan jenis kanker kedua yang menyerang wanita setelah kanker payudara. Sayangnya, tak banyak perempuan Indonesia yang mengetahui dan menyadari bahwa penyakit ini menjadi ancaman yang cukup berbahaya. Padahal virus yang menyebabkan kanker serviks sangat mudah hinggap di tubuh kita.

Beruntung saya dan beberapa teman blogger mendapat pencerahan tentang kanker serviks oleh dr. M Haekal, dari Brawijaya Klinik, yang menerangkan dengan gamblang serba-serbi virus penyebab kanker serviks yang bernama HPV ini di lt 5 gedung FX Sudirman, Sabtu yang lalu. Talk show yang bertajuk Love your body ini membahas kanker serviks dan beberapa penyakit kewanitaan lainnya.


Memang virus HPV, 80% akan mampu dimusnahkan oleh tubuh kita secara alami melalui sistem imun. Tetapi bila ada yang berhasil menetap di tubuh kita, berpotensi besar berkembang menjadi kanker. Apalagi jika sering terjadi kontak seksual atau atau kontak kelamin. Masa inkubasi virus ini terbilang lama, antara 3 s/d 24 tahun, sehingga kita sering tidak mengira telah mengidap kanker tersebut. Jadi, wanita berusia antara 35-55 baru ketahuan telah menjadi penderita penyakit ini.

Namun secara khusus, ada beberapa gejala kanker serviks, a.l:
1. Pendarahan yang tidak normal.
    Terjadinya pendarahan yang tidak biasanya seperti:
     -  sesudah melakukan hubungan intim
     -  sesudah menopause
     -  haidh abnormal
2. Kelainan pada vagina, misalnya mengeluarkan cairan berlebihan, misalnya keputihan yang    berwarna kehijauan, berbau dan banyak.
3. Timbul rasa sakit dan nyeri pada pinggul dan kaki.

Menurut survei, wanita yang menderita kanker serviks lebih banyak dari benua Asia, dan  Indonesia mempunyai jumlah penderita kanker serviks terbanyak. Karena itulah seharusnya kaum perempuan harus lebih mawas diri dan menjaga kesehatan tubuhnya. Ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan. Misalnya dengan edukasi, memakai kondom dan vaksinasi.

dr M Haekal menyarankan agar kita tidak ragu-ragu untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter terkait. Salah satu hal yang menyebabkan penyakit ini tidak terdeteksi sejak dini adalah karena wanita enggan diperiksa dari 'bawah' (vagina) atau dikenal dengan istilah 'papsmear'. Mungkin ini berhubungan dengan budaya malu karena perempuan Indonesia tidak ingin dilihat kelaminnya oleh orang yang bukan suaminya. Padahal ini demi kepentingan pengobatan wanita itu.

Di negara-negara maju, kesadaran untuk mencegah penyakit kanker serviks sudah cukup tinggi. Mereka melakukan vaksinasi terhadap kaum wanita di sana, antara usia 10-55 tahun.  Wanita yang sudah menikah atau sudah pernah berhubungan intim, harus papsmear dahulu sebelum mendapat vaksin. Tetapi jika dia belum pernah menikah atau berhubungan intim, dapat langsung divaksin.

1 komentar:

  1. Hello Mbak Muthiah pas acara malah lupa nih aku gak kenalan hehe. Moga ketemu di kesempatan lain ya? :)

    BalasHapus