Kamis, 10 November 2022

Kelenteng Tertua di Bogor ada di Pulo Geulis


 Selama ini saya mengira kelenteng tertua di Bogor adalah kelenteng Dhanagun yang berada di ujung gerbang jalan Suryakencana. Ternyata saya salah, ada kelenteng yang jauh lebih tua, tersembunyi di balik pemukiman padat Pulo Geulis.

Dari namanya, Pulo Geulis, kita yakin ini sebuah pulau. Tapi kok bisa ada pulau di Bogor? Bukankah Bogor wilayah tinggi, dekat dengan gunung? Bisa saja ya, karena Allah Maha Pencipta.

Jadi, Pulo Geulis ini adalah pulau kecil yang terbentuk di tengah sungai Ciliwung. Pulau ini ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham yang keturunannya masih ada sampai sekarang. Tapi sebenarnya Pulo Geulis sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran. Bukti prasasti tersimpan dengan baik di kelenteng tertua itu. 


Abraham menemukan kelenteng Phan Ko yang berdiri sejak tahun 1703. Uniknya, Pulo Geulis dihuni oleh keturunan Tionghoa dan masyarakat asli Sunda. Mereka berbaur menjadi satu, saling tolong menolong, berinteraksi dengan akrab. 

Pulo Geulis bisa diartikan sebagai pulau yang cantik. Tetapi konon dahulu ada wanita cantik yang tinggal di sini. Kalau kita melihat dari atas, pulau ini memang cukup bagus, berbentuk perahu. Untuk menuju ke sini harus melalui jembatan gantung. Di bawah jembatan kita bisa melihat aliran sungai Ciliwung. 

Batu prasasti 

Setelah menyusuri gang sempit, sampailah kita ke kelenteng Phan Ko. Pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh, ada pertunjukan barongsai. Barongsai ini sebelumnya dimandikan di sungai Ciliwung. Meski begitu, jika ada perayaan lain, barongsai juga bisa dikeluarkan.

Selain memuja dewa Phan Ko, terlihat juga Dewi Kwan Im. Ini adalah Dewi favorit saya yang diyakini kaum Tionghoa sebagai pemberi rezeki. Saya menyukainya karena dahulu sering nonton film kolosal Cina di televisi. 

Dewi Kwan Im 


Meskipun tidak seberapa besar, kelenteng Phan Ko menyimpan sejarah. Dua batu besar, prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran terawat di sini. Satu ada di tengah ruang pemujaan dewa-dewa, dan satu lagi ada di ruang mushola.

Lho, ada mushola di kelenteng? Ya, kalau ada pengunjung muslim, bisa menunaikan ibadah tanpa harus mencari masjid. Toh ruangannya terpisah, tidak sama dengan ruang dewa-dewa. Alat ibadah juga disediakan. Jangan kaget jika menemukan satu makam yang dianggap keramat di mushola, di samping batu prasasti. 

Masyarakat di sekitar bebas menawarkan dagangan kuliner mereka ketika ada pengunjung ke kelenteng. Mereka membuat aneka jajanan yang disukai anak-anak. Ada juga bakpao isi yang menjadi ciri makanan kaum Tionghoa, halal karena yang membuat adalah masyarakat muslim. 

Kuliner produk UMKM sekitar kelenteng



Tidak ada komentar:

Posting Komentar