LANGIT ADALAH ATAPKU. BUMI ADALAH PIJAKANKU. HIDUP ADALAH SAJADAH PANJANG HINGGA AKU MATI.
Rabu, 19 Februari 2020
Dinner Exlusive di Oma Elly Kitchen
Sebenarnya saya tidak pernah menyangka akan mendapat kesempatan untuk makan malam eksklusif di Oma Elly Kitchen. Soalnya Oma Elly Kitchen itu terkenal sebagai rumah makan kalangan elite dengan ciri khas masakan Italia. Jangan tanya harganya ya.
Tetiba saya mendapat rejeki Give away dari Avania Residence yang bekerja sama dengan Oma Elly Kitchen. Saya mendapat exlusive private dinner senilai dua juta Rupiah untuk dua orang. Kebayang kan senangnya.
Nah, pada hari H saya mengajak teman blogger, Monovalen ke Oma Elly Kitchen yang letaknya di sudut jalan Halimun dan Sultan Agung. Tempatnya sungguh tidak saya sangka. Perkiraan semula adalah restoran yang besar dan luas. Ternyata berada dalam gedung perkantoran dengan bentuk umum.
Oma Elly Kitchen berada di lantai satu. Dari parkiran basemen naik tangga dua kali. Saya sudah ditunggu karena memang sudah pesan tempat beberapa hari sebelumnya. Saya memasuki sebuah dapur ala Italia, bukan restoran besar. Hanya dua meja yang tersedia untuk makan bersama. Satu meja sudah diisi empat orang wanita. Dan satu lagi saya dan Monovalen.
Meja makan segi empat terbuat dari besi atau baja ringan, yang jelas seperti alumunium. Tas diletakkan di kolong meja. Satu set piring sudah tersedia di atasnya. Piring dan pisau garpu selalu diganti setiap satu jenis masakan selesai disantap.
Pantas saja dinner ini eksklusif dan harus pesan jauh-jauh hari, sebab memang sengaja dibatasi. Yang ditonjolkan adalah suasana dapur ala Italia yang besar dan lengkap. Satu orang Chef keturunan Italia menyambut saya dengan ramah. Ia dibantu empat Chef orang Indonesia.
Ini adalah makanan pembuka yang mirip puding tetapi dengan taste berbeda. Rasanya mungkin agak janggal di lidah orang Indonesia. Rasa asin mendominasi dengan paduan keju dan susu. Topingnya agak pedas. Saya lupa namanya, karena dalam bahasa Italia, sulit ditangkap oleh telinga.
Ada enam menu yang disajikan untuk kami. Dan semua dimasak satu persatu. Selama menunggu kami diberi makanan pembuka yang unik rasanya. Sajian pertama adalah Oxtail dengan jamur dan keju mozzarella.
Tak lupa ada pasta, Ricci Di Mare yaitu spaghetti buatan sendiri. Porsinya hanya separuh yang kita makan di restoran lain, diletakkan di piring dan dibentuk membulat seperti stupa. Rasanya juga sangat kuat dengan keju, asin dan gurih.
Setelah itu suguhan berikutnya adalah Parmigiana, yaitu steak yang menggunakan daging wagyu yang diimpor dari Australia. Campurannya adalah buratta dan truffle. Berhubung saya suka steak, maka saya tak ragu memakannya.vsteak ini cukup enak, memenuhi selera saya.
Tapi ternyata setelah itu ada steak yang lebih enak, namanya Katsu Sando. Nah, pasti heran dengan nama itu. Yup, steak ini menggunakan daging wagyu yang diimpor dari Jepang, wagyu tenderloin dan shonkupan. Ada campuran rasa manis dari bumbunya. Kayaknya ini yang paling pas untuk lidah orang Indonesia. Steak ini delicious, enak banget. Saya beri nilai sembilan.
Ada cerita yang menarik tentang kentang yang digunakan dalam masakan Italia. Kentang itu ditanam dalam dalam di tanah yang mencarinya harus menggunakan anjing khusus. Karena itu kentang itu mahal harganya dan punya cita rasa yang khas. Chef memarut kentang berwarna merah marun itu langsung di depan tamu (saya).
Menu yang disajikan kelihatan kecil ukurannya, tapi sebenarnya padat dengan isi. Soalnya mengandung isi daging sapi impor yang kualitasnya nomor satu.
Kedua steak tadi sudah membuat kami kekenyangan. Namun masih ada dessert yaitu Olive oil and Rosemary cake. Kue ini juga sangat lezat, apalagi dilengkapi dengan gelato.
Sajian terakhir adalah tiramisu cake. Aduh, ini kebangetan enaknya. Kue ini disajikan di atas piring dengan taburan biji kopi di sekelilingnya. Tiramisu ini memang terbuat dari biji kopi pilihan. Selain itu, Chef memberikan sentuhan fantastis dengan kebulan asap dari biji kopi yang disiram sesuatu.
C'est magnifique!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar