Senin, 21 November 2016

Merasa Cantik Karena Cinta Allah


Perempuan mana yang tidak ingin dibilang cantik? Bisa dipastikan bahwa semua perempuan normal ingin tetap terlihat cantik, berapa pun usianya. Apalagi ketika usia semakin menanjak, ada rasa takut untuk terlihat tua. Kaum perempuan pun mencari berbagai upaya agar terlihat awet muda dan masih memancarkan kecantikannya. Saya pun demikian.

Waktu masih muda dulu, saya tidak pernah merasa cantik. Apalagi ketika masih mengenyam masa kuliah dimana teman-teman perempuan saya banyak yang tampak cantik dan menarik. Sementara saya, yang bersifat tomboy tidak tertarik untuk bergaya dan berdandan. Saya tidak berusaha menarik perhatian lawan jenis. Perhatian saya ketika itu adalah meraih prestasi dengan mengikuti pertandingan-pertandingan karate.

Ya, saya memang penggemar olahraga beladiri. Hobi ini saya tekuni sejak duduk di bangku SMP. Setelah sempat terhenti pada waktu SMA, berlanjut lagi ketika kuliah. Kebetulan ada guru karate yang istimewa di kampus, seorang penyanyi yang sangat terkenal yaitu Iwan Fals. Dia ternyata adalah juara karate tingkat nasional. Sebelumnya saya bukan fans fanatik Iwan Fals, tetapi ketika mengetahui bahwa dia adalah karateka, saya menjadi simpati padanya.

Karate membuat saya menjadi semakin tomboy. Gaya dan perilaku saya terlihat 'perkasa' di mata teman-teman. Saya tidak peduli. Bagi saya, selama bisa berkiprah di pertandingan-pertandingan karate, saya merasa bangga dan bahagia. Saya pun tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan cowok mana pun. Apalagi karena saya menjadi murid perempuan kesayangan Iwan Fals. Saya jadi mengenal Iwan Fals dan juga mengaguminya. Ia memiliki karakter yang memang jarang dimiliki laki-laki lain. Iwan Fals patut menjadi idola dan membuat saya menjadikannya standar dalam mengenal laki-laki.

Tahun-tahun berlalu, saya menjalani profesi sebagai jurnalis di beberapa media massa. Dunia wartawan yang cukup keras ( di masa Orde baru), menempa saya menjadi lebih perkasa. Sama sekali tidak ada sifat feminin yang tampak dalam diri saya. Penampilan apa adanya (mungkin cenderung kucel), dengan 'seragam kebangsaan' bercelana jins dan kaos atau kemeja laki-laki. Saya masih lincah kesana kemari mengejar berita. pada tahun 1997, saya meliput suasana kampanye di Jawa Tengah, dalam satu hari bisa menjelajah empat kota.

Mendalami spiritual
Di sisi lain, kehidupan spiritual saya juga meningkat. Memang selama ini juga saya tidak pernah meninggalkan ibadah wajib seperti sholat dan puasa. Gemblengan bapak saya yang juga ulama membuat saya selalu berusaha untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.  Kehidupan di belantara Jakarta memacu saya untuk membentengi diri dengan meningkatkan iman dari waktu ke waktu
Kalau sebelumnya puasa sunnah yang saya lakukan hanya Senin-Kamis seperti Nabi Muhammad, maka kemudian saya meningkatkannya menjadi puasa seperti Nabi Daud. Puasa yang selang seling, satu hari buka dan satu hari puasa ini terasa sangat bagi yang tidak biasa melakukannya. Dengan keinginan kuat untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik, saya berhasil menjalaninya terus menerus.

Begitu pula dengan ibadah sholat, tidak lagi sekedar ritual memenuhi kewajiban. Namun menjadikan sholat sebagai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Tidak cukup dengan sholat wajib, mulai ditambah dengan sunnah-sunnah yang mengikutinya, selain Qiyamul Lail dan Dhuha. membaca kalam Ilahi juga tidak pernah ditinggalkan.
Semua yang saya lakukan ini menjadikan saya merasa sangat dekat dengan Allah. Instink atau indra keenam menjadi lebih tajam. Seringkali Allah memberi pertanda sebuah isyarat sebelum terjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan saya. Dampaknya, saya sering menggunakan indera ini kalau menghadapi suatu masalah.

Usia saya semakin bertambah. Walau sudah memasuki kepala tiga, saya masih saja tomboy. Sementara itu, saya mulai menceburkan diri dalam kegiatan organisasi sosial politik. Entah naluri atau bakat, memang dari keturunan keluarga Ibu kandung saya, adalah orang-orang yang berkecimpung di bidang politik. Pada saat itu saya aktif dalam organisasi sosial politik yang dipimpin oleh salah satu putri Presiden Pertama RI, Ir. Sukarno.

Dengan bertambahnya usia, saya merasakan kondisi fisik juga semakin menurun. Maka olahraga  yang saya tekuni juga saya ganti dengan yang lebih 'halus', yaitu Silat. Walau dalam karate saya sudah memegang sabuk hitam, tapi saya tidak ragu mempelajari Silat dari awal, sabuk putih karena jenis kedua olah raga ini berbeda jauh. Bahkan kedua olahraga ini menyatu dalam jiwa saya, memperkuat lahir dan batin.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa berat badan yang juga bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Mungkin ini yang disebut keturunan atau genetik,  mengikuti ibu saya sendiri. Almarhumah ibu saya bertubuh semakin gemuk ketika menua, walau masa mudanya beliau sangat langsing. Seberapa pun usaha saya untuk mengurangi makan, berat badan tetap saja bertambah setiap tahun. Kalau sebelum usia 30 hanya di bawah 55 kg, setelah lebih dari 30-an menjadi 60 kg. Untunglah postur tubuh saya cukup tinggi sehingga tidak tampak membulat seperti bola.

Pertambahan berat badan itu tidak terlalu merisaukan saya, yang penting tubuh sehat. Saya tetap aktif di organisasi. Dalam perjalanan waktu, saya berhubungan dekat dengan seorang laki-laki yang lebih muda usianya 3 tahun. Saya merasa sangat cocok dengan dia karena memilliki minat dan hobi yang sama. Logika akal manusia seperti itu, tetapi ternyata bahwa Tuhan lebih tahu apa dan siapa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ketika saya meminta petunjuk, apakah dia jodoh saya, jawaban yang diberikan oleh Allah adalah tidak.  Kami pun akhirnya berpisah.

Saya pun semakin mendekatkan diri kepada Allah. Apa yang telah saya alami membuat saya yakin bahwa tidak ada yang lebih tinggi daripada cinta Allah. Karena Dia telah menyelamatkan saya dari cinta manusia yang menyesatkan, melindungi saya dari keburukan hubungan dengan laki-laki yang semula saya kira orang yang baik. Saya justru bersyukur.

jabatan organisasi meningkat

Aktivitas saya di organisasi semakin meningkat. Ketika bergabung dengan salah satu Organisasi sosial politik baru, saya merasa bersemangat. Di situlah saya mencurahkan tenaga dan pikiran dalam kancah politik. Dan karena saya memang menyukai aktivitas ini, perlahan tapi pasti posisi saya meningkat. Dari anggota biasa, meningkat sebagai ketua departemen, hingga menjadi wakil sekjen.

Pergantian kepengurusan organisasi terjadi setiap lima tahun sekali melalui kongres. Karena saya selalu aktif, maka jabatan saya juga naik setelah kongres. Pimpinan yang telah mengetahui kelebihan saya, menempatkan saya di posisi yang sesuai dan dipercaya menerima beberapa tanggung jawab tertentu. Sejak 1999 masuk menjadi anggota biasa, lima tahun berikutnya menjadi ketua departemen, lima tahun berikutnya lagi menjadi wakil sekjen dan lima tahun kemudian, saya menduduki posisi sebagai salah satu ketua bidang hingga sekarang.

Padahal, saya bukan orang yang senang menjilat dan mencari muka kepada pimpinan. Kalau saya menemui pimpinan, itu karena benar-benar penting, atau kalau ada rapat. Karena itu jabatan yang saya dapatkan bukanlah karena kedekatan saya dengan pemimpin. Bagi saya Allah yang membuka mata hati mereka untuk melihat bahwa saya pantas mendapat amanah.

Saya pun bersemangat untuk terus berorganisasi. Saya senang bisa mencurahkan sesuatu  di bidang yang saya sukai, memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga untuk kemashalatan bersama. Dan karena saya merasa enjoy, maka saya tampak bahagia. Ya, saya senang menjadi aktivis dan berusaha maksimal di sana.

Namun saya tetap berusaha semakin dekat dengan Allah. Saya sadari semua itu tidak akan terjadi tana izin-Nya.  Untuk itu saya selalu bersyukur. Salah satu wujud syukur saya adalah menunaikan ibadah umroh sebelas tahun yang lalu. Kemudian saya mendapat perintah untuk berhijab. Saya pun menuruti perintah itu.

Perjalanan hidup semakin luar biasa. Karena saya membuktikan cinta saya kepada Allah, maka Allah membuat orang-orang menyukai saya. Saya pun dapat mengenal akrab beberapa orang tokoh yang cukup terkenal. Bahkan yang paling menakjubkan adalah disayangi oleh para pimpinan. Padahal, apalah saya ini, sebagai pengurus inti, saya mungkin paling tidak mempunyai materi, kendaraan saja masih menggunakan Commuter Line. Inilah kuasa dan cinta ALlah, yang membuat saya semakin percaya diri.

Karena merasa memiliki cinta Allah, maka saya merasa tidak menua. Walau usia saya sudah lebih dari 45 tahun, saya tetap merasa cantik. Tak perlu risau walau jarang ke salon, dengan banyak beribadah, maka Allah membuat pandangan orang lain terhadap saya tetap indah. Saya cantik, walau tidak lagi muda. Bahkan saya akan terus meningkatkan kecantikan saya dengan semakin tunduk kepada perintah-Nya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar