Minggu, 25 Agustus 2019

Jelajah Rembang Dalam Sebuah Misi



Pada hari kemerdekaan 17 Agustus 2019, tidak seperti kebanyakan orang yang terpaku pada upacara seremonial, saya dan sohib Wardah Fajri justru melakukan perjalanan spiritual mengunjungi makam para wali. Kota pertama yang menjadi tujuan adalah Rembang, di mana ada salah seorang ulama dan juga sastrawan Mustofa Bisri atau dikenal dengan sebutan Gus Mus.

Diturunkan oleh bus malam pada pukul dua dini hari di depan taman RA Kartini, membuat kami sempat kebingungan. Sebab rumah penginapan yang kami pesan, lokasinya masih terlalu jauh dari sana.

Kami berpikir mencari hotel melati terdekat untuk singgah sementara. Tetapi ternyata hotel itu sudah penuh. Kami harus berpikir keras bagaimana menyelamatkan diri di malam itu. Kemudian kami menuju mini market yang buka 24 jam sambil mencari informasi.

Di depan mini market tersebut duduk seorang pemuda sendirian sedang merokok. Sementara sohib saya berada di dalam mini market, saya pedekate pada pemuda itu. Tak disangka pemuda yang bernama Anang tersebut adalah tetangga satu RT dengan Gus Mus.

Singkat cerita, Anang begitu berbaik hati mencarikan penginapan untuk kami. Bahkan ia juga menunjukkan tempat tinggal Gus Mus sebelum mencari hotel. Dia mengantar kami satu persatu karena tak mungkin memboncengkan dua orang dalam satu motor.


Beberapa hotel disambangi, semua penuh. Harapan terakhir adalah Fave hotel yang sudah penuh juga. Tetapi mendadak ada penghuni yang kemudian pergi sehingga ada satu kamar kosong yang kemudian dibersihkan.

Anang berlalu dengan motornya. Kami sangat berterimakasih dengan pertolongannya. Mungkin Allah SWT yang memang menggerakkan dia untuk menolong kami. Dia tak ubahnya malaikat yang dikirim kepada dua perempuan yang sedang terdampar di kota ini.

Istirahat di kamar melepas lelah, saya baru tidur setelah shalat Subuh. Kami terbangun pukul sembilan lebih dan dengan tubuh masih lemas, berusaha turun untuk sarapan. Masakan yang tersedia lumayan enak, cukup untuk energi keliling kota Rembang.

Kami mendapat kabar dari seorang teman kalau Gus Mus sedang berada di Tegal. Yah, belum ditakdirkan untuk bertemu beliau. Namun kami memanfaatkan waktu dengan mengunjungi museum RA Kartini, yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari hotel. Tentang museum ini, saya tulis di akun www.kompasiana.com/empuratu



Selesai mengunjungi museum, kami ke alun-alun yang ada di seberang hotel. Kebetulan sedang ada pawai atau karnaval 17-an. Sebuah hiburan rakyat yang menyenangkan, ada mobil hias dengan barisan yang berpakaian daerah atau karakter. Karnaval itu sangat meriah.

Namun kami tidak larut dengan tontonan itu. Untuk melipur hati karena gagal bertemu dengan Gus Mus, kami berziarah ke makam KH Cholil Bisri, yang juga adalah ayah dari Gus Mus. Dengan menggunakan becak, kami ke makam beliau.



Kompleks pemakaman ulama ini sangat sederhana, maklumlah di daerah perkampungan. Makam KH Cholil Bisri dan keluarga dipagari, tapi terbuka pintunya sehingga siapapun bisa masuk dan berdoa di sana. Mumpung sepi, kami bersimpuh mengirim doa untuk beliau

Usai berdoa, ada rombongan yang datang. Kami pun segera melipir dari sana kembali menumpang becak ke alun-alun. Tontonan pawai masih berlangsung, kami menyaksikan sambil minum di depan mini market.



Ketika matahari semakin condong ke Barat, kami beranjak melewati karnaval. Tidak lupa foto di gerbang alun-alun dan gerbang masjid agung Rembang. Setelah itu kembali ke hotel untuk menyejukkan tubuh. Kami harus segera melanjutkan perjalanan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar