LANGIT ADALAH ATAPKU. BUMI ADALAH PIJAKANKU. HIDUP ADALAH SAJADAH PANJANG HINGGA AKU MATI.
Senin, 30 Oktober 2017
Urgensi Kesehatan Jiwa Di Tempat Kerja
Orang Indonesia lebih mementingkan kesehatan fisik daripada kesehatan jiwa. Kita lihat saja, betapa banyak kampanye yang menggembar-gemborkan pentingnya berolahraga agar tubuh menjadi kuat. Padahal kesehatan fisik tidak ada artinya jika jiwa terganggu. Apakah orang gila bisa berpikir dan bekerja? pasti tidak.
Karena itulah Kementrian Kesehatan RI melakukan revolusi kesehatan dengan memberi penyadaran kepada masyarakat, terutama bagi yang bekerja tentang pentingnya kesehatan jiwa di tempat kerja. Apalagi masalah ini telah menjadi isu global yang harus menjadi perhatian kita semua.
Pada tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran seluruh warga dunia akan pentingnya masalah kesehatan jiwa serta memobilisasi segala upaya untuk mendukung kesehatan jiwa.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini merupakan kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bahu membahu dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat jiwanya di seluruh dunia. Indonesia, yang menjadi salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, tentu harus aware dengan masalah ini.
Menurut Dr.dr.Fildiansjah, Sp, KJ, MPH, sebenarnya masalah kesehatan jiwa dan kesehatan fisik saling terkait dan mempengaruhi. Sebagai contoh, depresi bisa menyebabkan sakit jantung dan stroke. Gangguan jiwa yang tak lazim dapat memicu penyakit seperti TBC, gangguan tumbuh kembang pada anak dll.
Berdasarkan UU.Kes. No. 36 Tahun 2009, Definisi kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jika itu terpenuhi, maka menjadi unsur kesehatan paripurna.
Fakta menunjukkan bahwa 1 dari 6,8 orang mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Ini berarti sekitar 14,7%. Selain itu, wanita yang bekerja penuh waktu hampir dua kali lebih besar menderita masalah kesehatan jiwa dibandingkan laki-laki dengan kerja yg sama (19,8% VS 10,9%).
Penelitian membuktikan bahwa 12,7% ketidakhadiran di tempat kerja di Inggris, dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan jiwa. Survey di Indonesia yang melibatkan 1900 pekerja di perusahaan kimia, lebih dari 20% mengalami gangguan mental emosional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar