Jumat, 24 Mei 2024

Ketika Terpaksa Membuat Jamu Sendiri

 

Sebagian rempah yang saya gunakan untuk membuat jamu (dok.pri)

Beberapa bulan ini saya menderita sakit. Qadarullah, Allah memberi saya ujian berupa rasa sakit selama hampir empat bulan. Sakit yang membuat saya tidak bisa menunaikan salat secara normal, tetapi sambil duduk. Meskipun begitu saya tidak ingin mengeluh. Selain menerima ketentuan Allah, saya juga harus berusaha mengobati agar sembuh.

Hal ini bermula pada tanggal 15 Februari lalu. Setelah dari warung dan hendak melangkah ke teras, tiba-tiba saya terjatuh. Ada rasa otot yang tertarik di betis kiri. Untungnya ada tetangga sebelah yang melihat dan sigap menolong. Dia memapah saya ke pintu. Setelah itu rasa sakit menyengat di lutut dan pinggang belakang, menyebabkan saya hanya bisa merambat ke dalam. 

Malam harinya tubuh saya demam tinggi. Saya tidak memberitahu siapa pun. Sebab, saya punya prinsip kesulitan adalah urusan saya dengan Allah. Semua persoalan saya selesaikan sendiri, hanya bersama Allah. Saya memang hidup seorang diri. Ya, karena saya adalah "single fighter". 

Tiga hari kemudian saya ke dokter diantar keponakan terdekat Dokter mengatakan saya mengalami syaraf kejepit. Tapi dia hanya memberikan obat -obat pereda nyeri, tidak mengobati pangkal penyakitnya. 

Kebetulan adik angkat saya menghubungi menanyakan kabar. Saya ceritakan pada dia keadaan yang sebenarnya. Dia menyarankan untuk diurut. Akhirnya adik tersebut menjemput dan membawa saya untuk diurut.

Dua bulan saya  hampir sembuh,  berani keluar menghadiri sebuah acara blogger. Tak disangka ketika pulang saya mengalami kecelakaan, jatuh dari ojol. Saya kecemplung di got. Akibatnya, kedua lutut bengkak dan sakit. Saya jalan terpincang-pincang. 

Terpaksa membuat jamu

Kali ini saya berusaha mengobati kaki pada seorang ustadz di Bogor, yang direkomendasikan salah seorang teman blogger. Dia pandai urut dan bekam. Maka pertengahan bulan Mei lalu saya meluncur ke rumah dia.

Sang ustadz yang sekaligus tabib ini mengurut saya begitu seksama. Sampai saya menjerit-jerit kesakitan. Ya, dia membetulkan urat-urat yang salah tempat dan bergeser akibat saya jatuh. Tetapi dia mendeteksi penyakit lain. Pak ustadz mengatakan saya terkena asam urat, diabetes, kolesterol tinggi dan tukak lambung. Ia meminta saya untuk memeriksa darah sebelum pengobatan lebih lanjut. 

Terkejut saya mendengarnya. Ya, memang betul kaki sering cenat cenut dan panas. Saya teringat ibunda dahulu menderita diabetes. Saya tidak boleh berdiam diri, harus berusaha agar penyakit ini bisa dikendalikan. Saya ingin membuat jamu

Menurut Wikipedia, jamu adalah ragam pengobatan tradisional di pulau Jawa (dan juga termasuk Bali dan Madura), yang aslinya dan secara budaya berakar dari herbologi Jawa.  Secara tradisional, Jamu digunakan sebagai pengobatan dalam bentuk ekstrak atau sari ramuan yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit umum dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah penyakit.  Berbagai macam rempah direbus dan dicampur untuk khasiat pengobatan, terutama dari bahan herbal yang terbuat dari sumber daya alam (baik nabati maupun hewani); seperti akar, kulit kayu, bunga, biji, daun dan buah,  madu, royal jelly, susu dan telur ayam kampung. 

Jamu juga telah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh UNESCO. Jadi, jamu sudah terpercaya sebagai obat yang diresepkan oleh nenek moyang kita. 

Pohon salam di depan rumah ( dok.pri)

Keputusan saya adalah membuat ramuan jamu sendiri dari bahan-bahan herbal alami untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut. Ada dua pertimbangan mengapa saya melakukannya. Pertama, keuangan saya tidak cukup jika berobat ke dokter berulang kali. Kedua, saya lebih percaya pada khasiat jamu sebagaimana yang tertanam sejak kecil, saat ibu sering memberikan jamu untuk saya minum. 

Nah, saya sering mengikuti apa yang dipaparkan dalam akun Instagram dr. Zaidul Akbar, seorang dokter muslim yang selalu memberikan resep obat herbal. Saya pun mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan.

Apel hijau Malang dan sereh untuk radang sendi (dok.pri)

Untuk mengobati asam urat dan diabetes, saya merebus daun salam 5 - 7 lembar, diminum dua kali sehari. Untuk menurunkan kolesterol dan mengobati pencernaan saya membuat ramuan dari jahe, sereh dan daun pandan. Sedangkan untuk mengobati tukak lambung saya menggunakan ramuan jahe, sereh dan gula merah. Untuk radang sendi saya menggunakan apel hijau Malang dan sereh 

Saya minum ramuan-ramuan itu secara intensif setiap hari. Dalam seminggu hasilnya mencengangkan. Ketika saya memeriksa darah pada hari Senin 20 Mei, hasilnya membuat saya gembira. Gula darah saya normal, demikian pula asam urat sudah rendah. Hanya kolesterol yang masih agak tinggi. Saya atasi dengan minum rebusan daun pandan. 

Saya membawa hasil itu kepada Pak ustadz ketika berobat lagi. Dia lihat bahwa telapak kaki sudah normal, tumit tidak bengkak. Karena itu dia melanjutkan pengobatan dengan melakukan bekam. Pengobatan cara bekam adalah anjuran Rasulullah, dan saya sudah pernah melakukannya beberapa tahun lalu. 

Bahu atau pundak saya kaku dan tegang karena tingginya kolesterol. Begitu juga dengan leher. Karena itu Pak ustadz memasang alat-alat bekam di bahu dan punggung. Selain itu juga di kaki yang sakit karena jatuh. Dalam waktu yang tidak begitu lama, mangkuk-mangkuk bekam terisi darah kotor, hitam. Pak ustadz mengumpulkan untuk dibuang. Setelah itu bahu saya terasa jauh lebih ringan. 

Menyaring jamu (dok.pri)

Meskipun sudah normal, saya tetap melanjutkan minum ramuan jamu untuk menjaga agar darah lebih stabil dan tidak ada penyumbatan. Di sisi lain, saya juga menjaga asupan agar tidak menjadi penyakit yang menggerogoti tubuh. 

Jamu lain yang dikonsumsi 

Selain membuat ramuan jamu sendiri, saya juga membeli jamu secara online. Terutama yang terbuat dari bahan yang sulit didapatkan. Misalnya wedang uwuh, yang saya pesan dari Yogyakarta. 

Manfaat Wedang Uwuh:

• Mengatasi Asam Urat

• Mencegah Penyakit Jantung

• Meningkatkan Sistem Imun

• Mengobati Batuk Dan Pilek

• Menstabilkan Gula Darah

Satu kemasan wedang uwuh (dok.pri)

Wedang uwuh tersebut sudah dikemas dalam ukuran untuk satu kali minum dengan bahan-bahan yang dikeringkan, ditambah gula batu. Satu kemasan plastik harganya hanya seribu Rupiah, murah kan. Karena itu beli sekaligus 20 kemasan. 

Komposisi wedang uwuh:

• Kayu Secang

• Kayu Manis

• Daun Pala

• Daun Cengkeh

• Sereh

• Kapulaga

• Jahe Kering

• Gagang Cengkeh

• Cengkeh Kering

• Daun Kayu Manis

Merebus wedang uwuh (dok.pri)

Namun saya juga berlangganan jamu sepeda. Soalnya sudah tidak ada jamu gendong. Si penjual jamu sekarang menggunakan sepeda. Penjual jamu ini suami istri. Mereka berdua lewat pada jam yang berbeda. 

Jamu yang saya beli biasanya adalah kunyit asem, kadang ditambah sirih. Satu gelas kecil hanya tiga ribu. Atau jamu pahitan, yang rasanya pahit sekali. Ada juga jamu asam urat seharga 9 ribu. Tapi kalau minum setiap hari, cukup makan biaya. Jadi lebih baik membuat sendiri. 


Jamu sepeda langganan (dok.pri)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar