Kamis, 19 Januari 2023

Perlukah Latihan Siaga Bencana?

Latihan memanjat pohon dengan tali (dok.pri)

Gaes, kita harus selalu ingat kalau Indonesia tuh merupakan negeri rawan bencana. Yup, sebagai negara yang dijuluki negeri cincin api, dipenuhi gunung berapi yang bisa meletus kapan saja. Belum lagi wilayahnya dua pertiga adalah lautan yang di bawahnya ada lempengan bumi. Banjir, gempa dan tsunami seolah menjadi langganan rakyat Indonesia.

Coba kita perhatikan, dalam beberapa bulan pasti ada saja bencana alam yang terjadi. Sayangnya masyarakat tidak pernah siap menghadapi hal ini. Padahal sudah sering diberitakan oleh berbagai media massa dan media sosial. Pemerintah pun kerap mengingatkan berulang kali. Kok seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Nah, untuk yang memiliki kesadaran dan kecerdasan, apakah pantas berdiam diri? Sepatutnya kita memaksimalkan kemampuan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Misalnya dengan mengikuti mitigasi bencana alam.

Pada bulan lalu sebelum berakhirnya tahun 2022, saya mengikuti pelatihan Jurnalis siaga bencana yang diadakan oleh DMC (Disaster management center Dompet Duafa). Pelatihan di tepi sungai Cisadane, Sukabumi selama dua hari. 

Dari markas DMC di Pondok Ranji, kami meluncur ke area perkemahan di tepi sungai Cisadane. Sungai ini terlihat jinak karena beberapa hari tidak turun hujan. Padahal kalau hujan deras terus menerus, bakal membanjiri kota Tangerang. 

Area kemping di tepi sungai Cisadane (dok.pri)

Ternyata cuaca cerah berubah mendung, hujan mulai turun meski tidak lebat. Hari pertama ini kami belajar membuat simpul tali yang digunakan untuk menolong korban bencana alam.  Setelah itu mengenali pohon-pohon yang bisa dijadikan tonggak untuk mengikat tali. Supaya aman dan kuat, tali diikat ke dua pohon.

Kami juga dilatih untuk membawa korban bencana alam melewati sungai Cisadane, dengan tali yang sudah dipasang pengait dobel. Korban diletakkan di tandu yang kemudian dikerek dengan menggunakan tali. Selain itu, latihan juga menaiki pohon tinggi dengan menggunakan tali, ternyata ini sangat berat. Hanya tiga orang yang mampu sampai ke atas.

Tali untuk membawa korban melintasi sungai (dok.pri)


Malam hari, diisi dengan penjelasan melalui teori dan contoh.  Penyelematan korban, tidak hanya untuk bencana alam, tapi juga bila kita melihat kecelakaan di jalan. 

Esok paginya setelah sarapan dan senam, kamu latihan melakukan pertolongan kepada korban yang hanyut di sungai. Alat yang diandalkan adalah tali dan ban atau benda yang bisa mengapung. Baru tahu kalau kita tidak boleh cepat-cepat menceburkan diri ke sungai, karena justru bisa menjadi korban berikutnya. 

Kita harus prediksi dahulu kecepatan korban hanyut. Lalu lari di pinggir sungai sambil mengikuti korban sambil mengingatkan agar siap diberi pertolongan. Setelah tali dan ban dilempar dan tertangkap korban, baru kita menghampiri dengan berenang. 



Kegiatan ditutup dengan melakukan arung jeram. Seru dan menegangkan karena yang memegang kendali perahu karet sengaja nge-prank kami agar terbentur bebatuan atau basah terciprat air. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar